Skip to main content

Albert Shadrach Dragtan, Dari Death Metal Sampai Football casuals.

Albert Shadrach Dragtan, Dari Death Metal Sampai Football casuals.

 

Albert Shadrach Dragtan atau yang biasa dikenal dengan sapaan Albert ini adalah salah satu dari sekian banyak penggiat subkultur football casuals yang sudah tidak asing lagi dikalangan penggiat subkultur ini bahkan di skena musik di Indonesia. Selain daripada penggiat skena subkultur football casuals, Albert juga adalah penggiat diskena musik dan ia adalah pemain drum dari band komplete kontrol dan tidak hanya itu, Albert juga adalah pecinta musik jazz.

 

Pada ulasan kali ini kami akan sedikit membahas fase kehidupan seorang Albert Shadrach Dragtan, mulai dari ia berkecimpung di skena musik sampai apa yang ia lakukan hingga saat ini, khususnya didalam skena subkultur football casuals. Berawal dari kecintannya pada dunia sepak bola dan dunia musik yang membuat Albert bertransformasi menjadi seseorang yang cukup menggilai subkultur football casuals ini, lalu bagaimana proses semua ini terjadi? Mari kita simak.

 

Diawal tahun 80an Albert sudah menginjakan kakinya di stadion yang dimana ia berada disana bersama ibu dan kakeknya yang pada saat itu sering membawa Albert untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Setelah daripada itu Albert memutuskan untuk tidak lagi datang ke stadion karena satu dan lain hal yang membuatnya merasa jengah dengan kebiasaan orang-orang pada saat itu, dan Albert memutuskan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dari layar televisi.

 

 

 

Mengawali fase kehidupan dalam dunia musik dengan membentuk sebuah band death metal bersama dengan Ramdan yang sekarang mengisi posisi sebagai pemain bass bersama Burgerkill, Andre yang sekarang bermain gitar untuk Jeruji dan Mungki. Mereka menyepakati band yang mereka bentuk ini dengan nama Beheaded tetapi orang-orang pada saat itu lebih mengenalnya dengan nama Behead. Pada saat itu Albert berpenampilan selayaknya band-band death metal pada masanya dengan rambut yang panjang dengan gaya dreadlock, dan dilengkapi dengan sepatu ala pemain skate board yang membuat Albert terlihat sangat “death metal” pada saat itu.  

 

Gayung bersambut, Albert mencoba eksplorasi lain dengan memainkan musik hardcore dengan teman-temannya yang memiliki kesamaan dengan hobinya. Bersama dengan teman satu tongkronganyya dibelakang salah satu pusat perbelanjaan di Bandung yang bernama P.I, Albert membentuk band hardcore bernama United Youth pada saat itu. Pada suatu hari Albert dan teman-temannya melihat seorang turis dengan penampilan ala skinhead yang sedang berjalan kaki dibelakang salah satu pusat perbelanjaan di Bandung pada saat itu. Tidak ada yang berani untuk memulai percakapan dengan turis ini pada saat itu, hal ini dikarenakan keterbatasan pemahaman Bahasa Inggris didalam tongkrongan ini. Albert menjadi salah satu orang yang pada saat itu memiliki pemahaman Bahasa Inggris yang cukup baik dan Albert menghampiri turis ini. Pertemuan inilah yang sangat mempengaruhi kehidupan Albert sampai saat ini.   

 

Saat pertama kali Albert mengenal turis asal Inggris ini pada tahun 1997 dimana Albert masih berpenampilan selayaknya seorang death metal dengan rambut panjang dengan dreadlock, sedangkan turis asal Inggris yang ia temui ini berpenampilan selayaknya seorang skinhead dengan sepatu Adidas. Pertemuan ini membuat Albert dengan turis ini semakin akrab, turis asal Inggris ini juga sempat tinggal dirumah Albert dengan waktu yang cukup lama. Keakraban ini yang membuat turis asal Inggris ini memberitahu Albert ketika ia mengetahui Albert menyukai dunia sepak bola dan dunia musik dan musik yang Albert sukai pada saat itu adalah oi!, punk rock, hardcore punk. Ia memberitahu Albert dalam berpenampilan dengan banyak opsi fashion yang dapat Albert pilih pada saat itu. Turis ini juga memberikan opsi seperi fashion casuals, US teenage fashion style hingga tradisional skinhead.

 

Setelah mendapatkan informasi dari turis asal Inggris ini Albert mempelajari fashion dan subkultur yang diinfokan oleh turis asal Inggris ini. Dan pada saat itu juga Oasis booming dengan video klip pertamanya yang hadir di Indonesia yang mempengaruhi skena musik di Indonesia khususnya di kota-kota besar dan pada saat itu juga musik Britpop di Indonesia menjamur dan hal ini juga yang mempengaruhi Albert dalam berpenampilan. Dan Albert sendiri meyakini bahwa fashion skena subkultur football casuals ini hadir di Indonesia diawali dari dunia musik, bukan dari dunia sepak bola, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapatkan pada saat itu.

 

 

 

Albert terus mencari informasi mengenai subkultur ini, ia mengakui bahwa informasi yang ia dapatkan berasal dari magazine, kaset dan program disalah satu televisi pada saat itu, dan puncaknya pada 9 Oktober 1997 ia menggunduli rambutnya dan berpenampilan seperti apa yang turis asal Inggris ini katakan pada Albert  disinilah ia memulai fase kehidupan barunya. Pada awal transformasi nya, Albert mendapatkan perlakuan yang cukup tidak menyenangkan dimana pada saat itu penggiat musik Britpop mengejek Albert dengan ucapan “masa death metal style nya indies” atau ada juga yang mengejek Albert dengan ucapan “masa hardcore penampilannya indies” yang dimana pada saat itu kebanyakan para pecinta musik di Indonesia menyebut musik Britpop dengan sebutan indies karena pada saat itu penampilan seseorang selalu diidentikan dengan musik yang mereka geluti dan kejadian ini juga yang membuat Albert kesal yang dimana akhirnya ia kembali berpenampilan ala New York Hardcore sebagai US teenage fashion style dan meninggalkan fashion ala football casuals pada saat itu.

 

Pada tahun 2005 Albert mendapatkan beasiswa dari salah satu Universitas musik di Jakarta. Ditahun ini juga Albert mulai meninggalkan kebiasannya menonton sepak bola langsung dan dunia musik yang ia geluti pada saat itu, tetapi Albert tetap  sebagai pemain drum bagi Komplete Kontrol salah satu band hardcore asal Bandung dan ia juga tetap pulang ke Bandung ketika Komplete Kontrol harus mengisi acara musik pada saat itu. Hal ini dikarenakan karena Albert sibuk dan fokus pada beasiswa yang ia dapatkan.

 

Setelah menyelesaikan beasiswanya di Jakarta, Albert kembali menjalani aktifitasnya di Bandung. Tepatya pada tahun 2013 ia kembali diajak oleh kedua temannya yang sebelumnya ia kenal didalam skena musik di tahun 90an yaitu Aris dan Seon untuk menikmati suasana didalam stadio sepak bola. Dimulai dari sinilah Albert kembali berpenampilan dan terlibat kembali dalam skena subkultur football casuals sampai saat ini. Pada saat itu juga tidak sedikit orang yang tidak mengenali Albert ketika kembali terlibat dalam skena subkultur football casuals ini, hal ini dikarenakan Albert sibuk dengan beasiswanya di Jakarta. Sebagai salah satu penggiat subkultur football casuals yang sangat amat memperhatikan fashion, Albert juga mengungkapkan bahwa brand asal Indonesia yang bernafaskan subkultur football casualas saat ini sudah menjalankan perannya dengan baik dan Albert juga mengungkapkan bahwa brand asal Indonesia juga sudah berada sejajar dengan brand brand asal Eropa yang bernafaskan subkultur football casuals. Masih banyak hal menarik yang kami dapatkan dari Albert, apa saja informasi yang kami dapatkan? Tunggu diulasan selanjutnya, see you!

 

 

Penulis: Rifqi Maulana

 

 

 

Comments

Be the first to comment.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.
Thanks for contacting us! We'll get back to you shortly. Thanks for subscribing Thanks! We will notify you when it becomes available! The max number of items have already been added There is only one item left to add to the cart There are only [num_items] items left to add to the cart