Skip to main content

Kenapa Ian Brown Dipanggil King Monkey?

Kenapa Ian Brown Dipanggil King Monkey?

The Stone Roses, ketika mendengar nama band satu ini pasti kita bakalan langsung dengan sigap menyebutkan salah satu lagunya yang sangat populer seperti misalnya I wane be adored, sally cinnamon dan made of stone. Band asal Manchester, Inggris ini memang menjadi pujaan bagi anak muda di era 90-an hingga saat ini dengan beberapa hits mereka yang relate dengan suasana hati dan lingkungan para pendengarnya. Menjadi salah satu band dari subkultur skena musik Madchester menjadikan The Stone Roses memiliki keunikan tersendiri dalam musik yang mereka mainkan pada pertengahan tahun 80-an. The Stone Roses hadir dengan warna baru setelah Manchester mulai jenuh dengan musik yang disajikan oleh musisi-musisi sebelumnya yang mewarnai belantika musik Manchester pada saat itu.

 

Kuartet asal Manchester ini seolah menjadi sosok pujaan baru dikalangan pecinta musik pada pertengahan tahun 80-an hingga saat ini. Meskipun mereka memastikan diri untuk tidak lagi bermain musik bersama, banyak pecinta The Stone Roses yang berharap Ian Brown dkk kembali bermain bersama dalam gelaran reuni, fyi, sesuatu yang dipuja tidak akan melakukan reuni dengan siapapun dan kapanpun, yakali.

 

John William Lackie, atau yang lebih sering dipanggil dengan panggilan John Lackie, pria yang lahir di Paddington, London, Inggris pada tahun 1949 ini menjadi salah satu produser rekaman yang memiliki jam terbang yang sangat luas. Selain daripada memproduseri band rock asal Inggris seperti Magazine dan XTC, John Lackie rupanya memiliki peranan penting dalam ledakan di Manchester pada tahun 1989 setelah ia bersama Silverstone records berhasil meracik atom murni yang terdiri dari ke empat pemuda asal Manchester yang merilis debut album berjudul “The Stone Roses” yang lain dan tak bukan hasil karya dari Ian Brown, John Squire, Gary Mounfield dan Alan John Wren.

 

John Leckie juga mengungkapkan bahwa sebelumnya The Stone Roses tidak akan menggunakan nama yang mereka pakai hingga saat ini, atau lebih tepatnya hingga mereka membubarkan diri dalam barisan skena musik Madchester yang ikutan bubar juga, tapi gak bubar bubar banget juga sih kayanya. John Leckie menyebutkan sebuah nama yang terdengar sedikit agak menggelitik ketika ia menyebutkan nama “The Angry Young Teddy Bears” nama yang awalnya akan digunakan oleh kuartet asal Manchester ini. Bagi John Leckie, ini bukanlah hal yang konyol, ia masih melihat sisi baik dari dipilihnya nama tersebut. Ia mengatakan, “Nama ini cocok untuk mereka dari sisi yang lucu. Sebagai punk heritage, The Roses merupakan hippies. Terutama Ian. Itu terdengar dangkal, tapi ada banyak rasa cinta di sana dan kalian tidak akan mendapatkan itu dari band Manchester lain”.

 

Selama proses rekaman untuk debut The Stone Roses self-title ditahun 1989, John Leckie mengatakan bahwa Ian Brown menggunakan tali skipping untuk mendapatkan inspirasi. "Dia punya tali lompat jadi kadang-kadang dia mulai melompat-lompat di sudut," ungkap John Leckie kepada majalah Q. “Melewatkan dan merokok itu adalah urusannya. Weed, kantong itu, dan tidak ada yang lebih kuat. Saya tidak pernah melihat serbuk sepanjang waktu. Ian sangat menentangnya. dia sangat berdedikasi. Musiknya lebih dulu.”

 

 

Melihat pernyataan John Leckie diatas memang dapat disimpulkan bahwa Ian Brown memiliki daya tarik tersendiri ketika berada diatas panggung bersama The Stone Roses. Bahkan beberapa media asal Inggris menyebut Ian Brown adalah sosok penyanyi yang tidak dapat melantunkan lagu dengan baik, tapi siapa peduli, isu seperti seorang penyanyi seharusnya bisa menyanyi dianggap sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi penting sejak era punk dan berlanjut sampai kita mendengar Ian Brown berada diatas panggung bersama The Stone Roses di Blackpool pada tahun 1995, fuck skill, let’s singing Ian!.

 

Selain daripada suaranya yang (sorry) jelek, rupanya pada saat itu Ian Brown juga memiliki aksi panggung yang cukup unik dan berbeda dengan salah satu rockstar asal Manchester yaitu Liam Gallgher yang cuma diem aja sambil tangannya yang dikebelakangin kaya lagi gendong tuyul, eh. Beberapa penampilan The Stone Roses ditahun 90-an memperlihatkan Ian Brown diatas panggung dengan gerakan tangan yang gak bisa diem, tangan dari Ian Brown terus digerakan kedepan dan kebelakang, selain daripada itu, Ian Brown juga mengelilingi panggung dengan sesekali terlihat seperti jalan ditempat, kebanyakan neken happy pills gitu sampe se aktif itu? tapi kata John Leckie Ian Brown gak pake happy pills, katanya. Melihat aksi panggung Ian Brown pada saat itu membuat pertanyaan yang sangat liar dalam pikiran, apakah karena gaya panggung Ian Brown dipanggil “King Monkey” ?.

 

Julukan “King Monkey” ini sudah melekat pada Ian Brown sejak lama hingga saat ini, tetapi rupanya Ian Brown tidak tersinggung sama sekali dengan julukan raja monyet ini. Julukan “King Monkey” ini rupanya berawal pada tahun 1994 ketika Mathew Priest drummer dari salah satu band pop tahun 90-an asal Inggris yaitu Dodgy.  “Saya memberi tahu seorang jurnalis (untuk bercanda pada tahun 1994) Ian tidak lagi menjawab. Dia tidak akan berbicara dengan siapa pun kecuali mereka memanggilnya “Raja Monyet” ungkap Mathew Priest. Rupanya hal ini terjadi ketika Dodgy sedang berada bersama dengan The Stone Roses disalah satu studio pada saat itu, selain dari pada itu, Nigel Richard Clark yang pada saat itu menjadi personil Dodgy juga mengungkapkan "Pers menelepon kami dan berkata “Anda di studio bersama The Stone Roses, beri tahu kami apa yang mereka lakukan!” ungkap Nigel . "Matthew pergi dan menulis banyak hal dan kembali ke mereka dan berkata mereka sedang membuat versi 'Ups Upside Your Head' dan Ian Brown hanya akan menjawab nama Raja Monyet dan hanya itu." lanjut pemain bass yang juga menjadi vokalis bagi Dodgy.

 

Celotehan Mathew Priest ini rupanya menjadi sesuatu yang terukir sangat amat kuat dalam memori pikiran khalayak luas, khususnya para penggemar The Stone Roses. tetapi rupanya Ian Brown tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, ia tidak merasa tersinggung sama sekali dengan julukan “King Monkey” yang seolah-olah menjadi nama panggilan baru bagi ia pada tahun 1994 yang tetap menjadi panggilannya hingga saat ini. Merespon gelar baru Ian Brown, “Kata Mani ketika mereka membacanya mereka semua tertawa dan mulai membuang pisang ke Ian. Mereka belum melanjutkannya sampai saat ini, jadi dia berterima kasih kepada saya karena itu menyatukan mereka. Hal terlucu adalah semua orang benar-benar mulai memanggilnya 'Raja Monyet' setelah itu." ujar Mathew Priest.

 

 

Hingga saat ini, Ian Brown masih tetap menjadi “King Monkey” bagi para penggiat skena musik, khususnya pecinta The Stone Roses, segala intrik dan gimik yang dilakukan oleh si raja monyet ini selalu mendapat apresiasi dan perhatian dari para pecinta si raja monyet ini.  Ian Brown juga tidak jarang merespon dengan jawaban atau apresiasi positif dari para penggemarnya yang memanggil dirinya dengan julukan “King Monkey”. Tetap berkarya dan bergelantungan dipanggung “King Monkey”

 

Penulis: Rifqi Maulana

Comments

Be the first to comment.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.
Thanks for contacting us! We'll get back to you shortly. Thanks for subscribing Thanks! We will notify you when it becomes available! The max number of items have already been added There is only one item left to add to the cart There are only [num_items] items left to add to the cart