A SHORT HISTORY OF SOCKS

A SHORT HISTORY OF SOCKS

 

Berbicara tentang mode dan fashion memang tidak akan ada habisnya. Perubahan dari masa ke masa akan terus berjalan dan berganti. Seolah telah menjadi nyawa sebagai khalayak luas, perubahan dalam dunia fashion akan terus hadir mewarnai kehidupan manusia. Tidak mungkin tidak, ketika kita berbicara fashion, tentunya kita harus juga hadir dalam kehidupan masa lampau yang mengilhami dunia fashion pada saat ini. Banyak jenis yang sangat beragam hadir dalam dunia fashion ini yang terkadang terlihat aneh bila seseorang tidak dalam frekuensi yang sama dengan orang yang lainnya dalam memahami dunia yang digandrungi oleh sebagian besar populasi manusia di dunia.

 

Ketika kita berbincang tentang fashion, rupanya kita tidak bisa melupakan atau mengesampingkan salah satu pelengkap dalam berpakaian, yaitu kaos kaki. Mungkin juga ada sebagian orang yang kurang nyaman atau gak suka pake kaos kaki, tapi ya itu pilihan mereka. Kaos kaki hadir dalam kehidupan manusia yang meliputi berbagai aspek, tua, muda, pria, wanita, pekerja, konglomerat hingga dunia olahraga menggunakan salah satu produk fashion ini. Tapi, kaos kaki rupanya menjadi salah satu produk fashion tertua yang ada dimuka bumi, sampai di London sempat ada juga “Socks Police” bagaimana itu semua terjadi? Kita akan mencoba sedikit mengulas tentang sejarah dan awal mula kaos kaki ini.

 

Kembali ke Zaman Batu pada tahun 5000 SM, 'kaos kaki' pertama yang dipakai oleh manusia purba yang sebagian besar dari mereka menempati sebuah gua mungkin tidak terlihat sama seperti yang kita miliki atau kita pakai saat ini. Tidak ada satupun kaos kaki yang tersisa dari peradaban manusia pada saat itu. Sepertinya kaos kaki yang belum sempurna ini dibuat dari kulit binatang dan bulu yang diikatkan di pergelangan kaki.

 

 

Penemuan Kaos Kaki di Romawi.

Gayung bersambut, pada abad ke-2 Masehi cara pembuatan kaos kaki mulai berevolusi. Kulit binatang yang pada awal mulanya dijadikan material utama dalam pembuatan kaos kaki digantikan dengan kain rajutan, hal ini jelas menjadi acuan dalam kenyamanan dimana manusia mulai menciptakan kaos kaki yang lebih mirip dengan yang kita miliki dan kita pakai saat ini. Bangsa Romawi adalah orang pertama yang menjahit kain menjadi kaos kaki, yang disebut ‘udones’. Kaos kaki ini lebih lembut dan lebih pas ketika digunakan, sebuah kemajuan besar dari masa sebelumnya.

 

 

Penemuan Kaos Kaki di Yunani

Maju cepat beberapa ribu tahun ke abad ke-8 SM ketika kaos kaki pertama kali disebutkan secara tertulis oleh penyair Yunani Hesiod. Dalam puisinya, “Works and Days”, Hesiod menyebut 'piloi', sejenis kaos kaki yang terbuat dari bulu hewan kusut yang dikenakan di bawah sandal. Dalam puisi yang berjudul “Works and Days”, Hesiod menasihati saudaranya, Perses, untuk melindungi dirinya sendiri dengan menggunakan jenis kaos kaki kuno ini: “Di sekitar kakimu, ikatkan sandalmu yang terbuat dari kulit lembu yang diburu secara brutal dan, di bawahnya, kenakan dengan piloi.”

 

 

Mereka datang, mereka melihat, mereka memakai kaos kaki dengan sandal. Seperti yang mungkin sudah kita duga, kita berbicara tentang Romawi Kuno. Beberapa tahun yang lalu, penggalian arkeologi di North Yorkshire membawa para arkeolog pada kesimpulan bahwa legiuner Romawi mengenakan kaos kaki dengan sandal. Meskipun orang jarang melihat patung Romawi Kuno yang memakai kaos kaki, faktanya adalah bahwa orang Romawi Kuno, mirip dengan orang Yunani Kuno, juga mengenakan kaos kaki untuk melindungi diri mereka sendiri dari cuaca dingin.

 

Penemuan Kaos Kaki di Mesir.

Pada kisaran waktu sama, kaos kaki rajut pertama dibuat di Mesir Kuno. Sepasang kaos kaki rajutan yang paling awal diketahui, dibuat dengan teknik yang disebut ‘naalbinding’, berasal dari tahun 300 - 500 M dan ditemukan di Oxyrhynchus, Sungai Nil, Mesir. Kaos kaki ini memiliki jari kaki terpisah dan dirancang untuk dikenakan dengan sandal.

 

 

Kaos Kaki di Abad Pertengahan.

Selama Abad Pertengahan, panjangnya celana panjang dibuat lebih panjang dari sebelumnya dan kaos kaki menjadi lebih ketat dan memiliki warna yang lebih cerah dan menutupi bagian bawah kaki. Karena kaos kaki tidak memiliki karet yang ketat, garter ditempatkan di atas stoking untuk mencegahnya jatuh. Ketika celana menjadi lebih pendek, kaos kaki mulai menjadi lebih panjang (dan lebih mahal). Pada tahun 1000, kaos kaki rajutan dan anyaman telah menjadi simbol status bangsawan di sebagian besar Eropa. Mereka awalnya lebih mirip dengan legging dan baru pada abad ke-12 kaos kaki mulai populer kembali.

 

Meskipun pekerja Eropa merajut kaos kaki dan stoking buatan sendiri pada akhir abad ke-12, kaos kaki bangsawan jauh lebih unggul. Kaos kaki mereka umumnya terbuat dari kain tenun dengan kualitas lebih tinggi dengan jahitan di bagian belakang dan potongan yang bias. Pada abad ke-15, bangsawan Prancis dan Italia lebih unggul dengan stoking sutra rajutan tangan yang sangat baik. Pria menemukan bahwa kain sutra yang elastis memiliki dua manfaat, kemudahan bergerak dan kemampuan untuk memamerkan kaki yang indah. Orang Inggris aristokrat segera mengikuti tetangga Eropa mereka, dan stoking sutra rajutan menjadi hal yang populer di kalangan elit modis Inggris. Sekitar tahun 1490, celana dalam dan kaos kaki rajutan tangan digabungkan menjadi satu pakaian, yang kemudian dikenal sebagai celana ketat. Ini terbuat dari sutra warna-warni, wol dan beludru, dengan masing-masing kaki memiliki warna yang berbeda.

 

Pada abad ke-16, kaos kaki sama seperti pakaian lainnya yang diatur secara ketat oleh undang-undang yang sangat ketat. Pada tahun 1566, Kota London menerapkan pengawasan untuk memastikan tidak ada orang yang mengenakan jenis kaos kaki yang salah di ibu kota. Hukum ditegakkan oleh polisi kaos kaki yang dimana empat orang ditempatkan dua kali dalam satu hari di gerbang London, tugas dari polisi kaos kaki ini adalah memeriksa kaki mereka yang masuk atau keluar karena memakai kaos kaki yang tidak tepat.

 

Pada tahun 1589, mesin rajut pertama ditemukan oleh William Lee, seorang pendeta Inggris. Setelah menerima sepasang stoking hitam dari William, Ratu Elizabeth I akhirnya menolak untuk memberinya hak paten atas penemuannya. Dia mengeluh bahwa mesinnya membuat stoking wol yang terlalu kasar untuk pergelangan kaki para bangsawan. Dia tidak menyukai stoking atau bentuk kasarnya dan dia takut mesin yang ditemukan oleh William akan mengambil pekerjaan dari pekerja Inggris.

 

Namun, Raja Prancis Henri IV melihat peluang yang diberikan oleh penemuan William dan menawarkan dukungan finansial kepadanya dan William pun pindah ke Rouen di mana dia membangun pabrik kaos kaki pada saat itu. Tak lama kemudian, Prancis menyebarkan alat tenun rajut ke seluruh Eropa. Kaos kaki yang dibuat untuk kelas bawah menggunakan wol, sedangkan yang dibuat untuk bangsawan terbuat dari sutra berwarna. Setelah Revolusi Industri, kaos kaki menjadi lebih mudah dan murah untuk diproduksi, menyebarkan daya tariknya ke seluruh masyarakat Eropa. Banyak prinsip yang dikembangkan William Lee masih dapat ditemukan di mesin tekstil modern saat ini.

 

 

Socks, atau yang biasa kita kenal dengan istilah kaos kaki awalnya disebut stockings sampai abad ke-17, ketika muncul istilah baru dari kata Inggris Kuno socc, yang memiliki arti "sepatu ringan". Kedua istilah ini berasal dari akar kata Latin soccus, yang digunakan untuk mendeskripsikan sepatu hak rendah yang biasa dipakai para aktor di Roma Kuno.

 

Hingga saat ini kaos kaki tersedia dalam ratusan warna dan desain yang sempurna untuk gaya yang unik bagi siapa pun. Entah polos, bergaris-garis, polkadot ataupun argyle pattern, semua itu akan terlihat setelah celana kalian terangkat, kaos kaki yang kalian pakai akan menunjukkan sedikit kepribadian kalian. Terlepas apapun kaos kaki yang kalian pakai, ada orang di luar sana yang mengekspresikan apa pun yang ingin kalian komunikasikan melalui mode.

 

Penulis: Rifqi Maulana

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.