Football Casuals, Si Anak Bungsu Dengan Spirit Para Pendahulunya.

Football Casuals, Si Anak Bungsu Dengan Spirit Para Pendahulunya.

Sepak bola, permainan olahraga yang sangat populer didunia ini menjadi pilihan banyak masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hiburan bagi mereka. Dirasa sangat amat tidak mungkin apabila ada orang yang tidak mengetahui olahraga ini. Berbagai elemen masyarakat dapat terjun langsung dalam permainan ini, baik itu anak muda, remaja, dewasa sampai orangtua pun dapat menikmati dan terlibat dalam olahraga ini.

Olahraga yang tidak dapat dipisahkan dari suporternya ini memang memiliki daya tarik tersendiri dari para pecintanya. Banyak hal yang dapat diulas dari dunia sepak bola dan para suporter yang ada didalamnya. Tidak hanya menjadi sebuah hiburan, lebih dari itu, olahraga yang satu ini dapat mempengaruhi para pecintanya menjadi sangat militan dengan segala fanatisme nya.

Seperti yang telah disebutkan diatas, tidak hanya orangtua yang menikmati olahraga ini, tidak sedikit juga anak muda dengan semangat yang sangat membara setiap mendukung tim yang mereka cintai. Beragam cara yang mereka lakukan untuk membakar semangat para pemain yang bertarung dilapangan hijau. Tidak hanya itu, mereka juga sering terlibat dalam bentuk aksi “terror” hal ini ditujukan bagi tim lawan dengan alasan agar tim lawan mengalamani drop mental.

Selain daripada itu para suporter yang ada didalam olahraga ini juga memiliki banyak ragam, baik dalam cara mendukung pemain, melakukan teror pada tim lawan hingga cara berpakaian saat berada dilapangan. Hal inilah yang menarik untuk dibahas, cara berpakaian para suporter yang telah menjadi salah satu identitas bagi kelompok suporter yang hingga akhirnya menjadi salah satu fashion yang banyak diminati oleh anak muda sampai orang dewasa.

Sepak bola dan fashion adalah salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan, bagaimana tidak, ketika kita melihat sekelompok suporter dengan pakaian yang menarik sering dijumpai di terraces bahkan ditempat-tempat umum lainnya. Cara berpakaian yang beragam seolah-olah telah menjadi tolak ukur bahkan menjadi identitas dari kelompok suporter tersebut. Mulai dari mereka yang seragam menggunakan jesey kebanggan tim mereka, pakaian serba hitam hingga produk-produk fashion yang berhubungan dengan produk olahraga lainnya.

Dinegara kelahiran sepak bola modern yaitu Inggris, sepak bola telah menjadi bagian yang sangat penting sebagai hiburan pada masa itu. Para kaum kelas pekerja yang memanfaatkan hari liburnya untuk mendapatkan sebuah hiburan menjadikan olahraga ini sebagai komsumsi utama bagi mereka. Seiring berkembangnya jaman, dunia fashion merambah kedalam olahraga yang memiliki banyak peminatnya ini. Tidak hanya kaum kelas pekerja yang menjadikan sepak bola sebagai sebuah hiburan, banyak anak muda yang juga menikmati olahraga ini. Keterlibatan anak muda dalam olahraga ini menjadikan fashion sebagai arus utama bagi mereka, hal ini dikarenakan oleh kaum muda yang ingin mengeksplorasi sesuatu yang baru dan berbeda dari masyarakat umunya.

Muncul budaya baru yang di prakarsai oleh pergerakan anak muda pada saat itu di Inggris. Budaya baru ini sering kita kenal dengan istilah subculture. Salah satu subculture yang mempengaruhi cara berpakaian para suporter sepak bola di Inggris pada saat itu adalah subculture mod. Pada akhir tahun 60an subculture ini banyak diminati oleh anak muda di Inggris yang akhirnya mempengaruhi baik dalam pola pikir hingga cara berpakaian.

 

Gayung bersambut, pada tahun 70an sekelompok anak muda dan kaum kelas pekerja yang menjadi suporter sepak bola juga kembali memprakarsai sebuah pergerakan subculture baru pada, saat itulah muncul subculture baru yang biasa kita kenal dengan sebutan skinhead. Pergerakan anak muda dan kaum pekerja ini sering terlihat di terraces pada saat itu dengan segala ciri khas dari mereka. Cara mendukung yang cukup militan hingga cara berpakaian mereka menjadi ciri khas tersendiri pada saat itu. Balutan pakaian dari brand asal Inggris menjadi sesuatu yang cukup baru pada saat itu. Dengan mengenakan polo shirt, kaos, jaket bomber, jaket harrington dan tidak lupa sepatu boots yang menjadi ciri bahwa mereka adalah kaum kelas pekerja. Subculture skinhead menjadi sorotan utama media-media di Inggris pada saat itu.

 

Setelah menjadi sorotan dari berbagai media para pemuda dan kaum kelas pekerja yang mencintai sepak bola pada saat itu semakin terbatas pergerakannya, hal ini dikarenakan sorotan media yang hanya memberitakan bahwa para skinhead menjadi biang kerusuhan di terraces pada saat itu. Diakhir tahun 70an kembali muncul subculture baru dikalangan anak muda dan kaum kelas pekerja di Inggris, Football casuals, salah satu subculture yang bisa dibilang sebagai anak bungsu dari subculture sebelumnya dengan spirit para pendahulunya. Pada masa inilah sepak bola dan fashion semakin erat hubungannya, bahkan dapat juga diistilahkan telah melebur menjadi suatu hal yang berdampingan.

 

Fottball casuals, subculture yang muncul diakhir tahun 70an ini awal mulanya terlihat ke permukaan setelah suporter Liverpool melakukan perjalanan dari Eropa usai menghadiri pertandingan antara Liverpool melawan St Etienne dilaga perempat final liga champion 1977-1978. Cara berpakaian mayoritas suporter Liverpool yang didominasi oleh kaum kelas pekerja ini menjadi sesuatu yang beda pada saat itu. Hal inilah yang menjadikan banyak orang menyoroti cara berpakaian dalam mendukung tim sepak bola dan istilah football casuals ini muncul. Lalu, apa itu football casuals? Jika dilihat dari pakaian yang dipakai, mungkin sangat mudah untuk mengidentifikasi mereka, pakaian olahraga seperti tracktop, trackpants polo shirt, celana jeans yang disempurnakan dengan sepatu trainers dari brand asal eropa menjadi sesuatu yang wajib bagi para penggiat skena subculture football casuals ini. Tetapi tidak hanya itu, pola pikir dan pergerakan yang mereka lakukan juga terinspirasi dari spirit para pendahulunya yang didominasi oleh kalangan anak muda dan kaum kelas pekerja.

 

Subculture football casuals sendiri memiliki peran besar dalam dunia fashion. Tidak dapat dipungkiri ketika pada awal mula kemunculannya disebabkan oleh kesadaran para suporter agar terlihat beda dan elegan ketika mendukung tim kesayangannya. Bagi para pecinta dunia fashion, subculture football casuals ini menjadi alternatif dalam berpakaian. Dalam persebarannya, subculture football casuals ini memiliki perbedaan dalam dunia fashion. Didaerah selatan Inggris terutama London dapat diidentikan dengan pakaian yang identik dengan brand seperti Aquascutum, burberry dan Giorgio Armani, sedangkan dari daerah Midlands cenderung dengan perpaduan kedua brand ternama dengan tetap menggunakan pakaian olahraga dengan tetap menggunakan sepatu trainers yang menjadi identitas dari mereka. Selain daripada itu, para penggiat skena subculture football casuals ini juga sering terlihat menggunakan pakaian berwarna cerah seperti kuning, biru, ungu sampai merah muda yang dipadukan dengan celana jeans. Pada saat itu terraces terlihat lebih berwarna dan terkesan elegan dengan hadirnya subculture football casuals ini.

 

 

Berlanjut sampai ke akhir 80an, subculture football casuals ini terus merambah dunia fashion yang dimana bisa kita lihat ketika band-band Inggris yang pada saat itu juga mengadopsi subculture ini. Bisa dilihat ketika The Stone Roses, Inspiral Carpets dan The High ikut meramaikan subculture ini dengan berpakaian ala suporter pada saat iu. Hal ini dikarenakan band band tersebut juga mencintai dunia sepak bola. Bisa kita lihat ketika mereka menggunakan tracktop, bucket hat dan sepatu trainers. Hingga sampai tahun 90an subculture ini terus mewabah dan berkembang dengan banyaknya anak muda dan para musisi yang mencintai dunia sepak bola juga mengadopsi subculture football casuals ini. Gary “Mani” Mounfield , Mark “Bez” Berry, Damon Albarn hingga Liam Gallagher adalah sosok yang menjadi roll model bagi kebanyakan anak muda yang mencintai dunia sepak bola dan juga skena subculture football casuals.

 

Walaupun banyak media yang memberitakan bahwa subculture football casuals ini sebagai pemicu kerusuhan diberbagai kota hingga negara that’s not cool lads! hal ini tidak bisa dijadikan sebagai sebuah penilaian mutlak, karena fashion adalah hal utama dalam subculture ini. Morrissey menjadi seorang musisi yang dapat mengispirasi dalam lagu Spent The Day In Bed, penggalan lirik yang sangat berarti dari lagu ini adalah Stop watching the news, Because the news contrives to frighten you! Sampai jumpa diulasan berikutnya.

 

Penulis: Rifqi Maulana

 

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.