Era Baru Dalam Dunia Suporter Sepak Bola

Era Baru Dalam Dunia Suporter Sepak Bola

Suporter, kata yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat luas. Kata yang merujuk pada satu kelompok atau individu yang memberikan dukungan sepenuhnya bagi sesuatu yang mereka bela. Sepak bola dan olahraga lainnya menjadi hal yang sangat erat kaitannya dengan kata suporter ini. Beragam bentuk dukungan yang dilakukan oleh suporter ini menjadi suatu hal yang menarik, seperti yang sering kita saksikan dalam beberapa pertandingan olahraga. Meski selalu di identikan dengan bidang olahraga tertentu, suporter telah menjamur menjadi hal yang sangat vital dalam berbagai aspek dalam dunia olahraga.

Sepak bola, satu dari sekian banyak olahraga yang dapat menarik masa yang sangat banyak ketika gelaran permainan olahraga ini dimainkan. Tidak hanya di stadion yang memiliki skala sangat besar, pertandingan bersakala antar kampung pun dapat menjadi hiburan bagi masyarakat yang berada disekitaran lapang tersebut. Di era modern ini sepak bola memang sudah menjadi suatu hiburan yang harus dibayar dengan nominal yang cukup besar. Tetapi hal itu tidak menyurutkan para penikmatnya kehilangan naluri untuk menyaksikan dan mendukung tim yang mereka cintai. Terkadang, dibeberapa kota besar permainan sepak bola sendiri sudah menjadi idiom yang dapat menentukan kesukaan bagi orang yang berasal dari kota tersebut.

Suporter menjadi ruh yang dapat menghidupkan suasana stadion menjadi lebih bernyawa yang hingga akhirnya muncul istilah “pemain ke-12” bagi suporter yang hadir langsung untuk mendukung tim yang mereka cintai. Kehadiran pemain ke-12 ini menghidupkan suasana stadion dengan riuh dan gemuruh yang membuat ke-11 pemain yang bertarung dilapangan memiliki motivasi lebih dan juga membuat nyali tim lawan menciut pada saat itu. Para pemain yang bertarung dilapangan hijau pun tidak jarang mengapresiasi apa yang dilakukan oleh para pemain ke-12 ini dengan cara menghampiri hingga memberikan pelukan yang terlihat sangat hangat.

 

Berbicara tentang sepak bola dan segala elemen yang ada didalamnya, rupanya kita tidak dapat melepaskan permainan ini dari dataran Eropa meskipun ada beberapa klaim yang menuliskan sejarah panjang mengenai permainan yang menjadi hiburan bagi kelas pekerja ini. Sejarah panjang sepak bola dituliskan oleh beberapa penulis bahwa permainan ini bermula di China. Sepak bola pertama kali dimainkan di negara China pada abad ke 2-3 Masehi lebih tepatnya pada zaman Chun Qiu Zhan Guo (musim semi musim gugur negara berperang) yang memiliki nama “tsu chu”.

Seiring berkembangnya zaman, permainan sepak bola tidak hanya dimainkan oleh orang-orang yang berada dalam kerajaan, permainan ini merambah menjadi hiburan bagi rakyat di China pada saat itu. Rupanya tidak hanya China yang memainkan olah raga ini di masa lampau, Yunani dan Mesir adalah beberapa wilayah yang memainkan permainan dengan bola ini. Yunani sendiri memberi nama permainan ini dengan nama episkyros. Episkyros sendiri tercatat dalam sejarah Yunani dengan ditemukannya pahatan gambar kuno di dinding yang diabadikan oleh museum di Yunani.

Seiring berkembangnya zaman, sepak bola terus berkembang dengan segala sesuatu yang ada didalamnya, satu dari sekian banyak bagian terpenting dalam sepak bola adalah suporter. Tidak ada data pasti mengenai kapan suporter ini hadir untuk mendukung tim kesebelasan yang ada, tetapi banyak sumber mengatakan dan kamipun setuju bahwa suporter ada ketika sepak bola itu lahir. Kembali ke dataran Eropa, Inggris sebagai tempat lahir dan berkembangnya sepak bola modern menjadi negara yang selalu lekat dengan budaya suporter yang ada disana.

Sepak bola di Inggris sendiri diprakarsai oleh kalangan kaum kelas pekerja yang menjadikan olahraga ini sebagai hiburan di akhir pekan setelah merasakan penatnya tuntutan dan perintah dari atasan mereka disuatu perusahaan. Menurut beberapa sumber menuliskan bahwa sepak bola juga awal kemunculannya dari kalangan pelajar yang memiliki lebih banyak waktu luang dibanding dengan para pekerja pada saat itu. Kalangan kaum kelas pekerja yang menjadikan sepak bola sebagai hiburan semata rela merogoh kocek untuk mendapatkan hiburan yang mereka senangi. Bertindak sebagai suporter, secara komunal mereka terbentuk menjadi sosok yang cukup penting dalam hiburan yang mereka percaya dapat melepas penat di akhir pekan.

 

Eropa memiliki dua kelompok suporter yang sangat militan dan menarik perhatian khalayak luas, kelompok suporter ini selalu dikaitkan dengan kenakalan dan kerusuhan yang mereka lakukan. Pada kisaran tahun 1950, muncul kelompok-kelompok baru dalam dunia suporter sepak bola diberbagai negara. Tiga negara yang memiliki suporter yang dikenal di dunia adalah Inggris, Italy dan Amerika Latin. Persebaran kultur, fashion dan passion dari ketiga kelompok suporter ini banyak diadopsi oleh banyak kelompok suporter lainnya yang berada diberbagai belahan dunia. Ketiga kelompok ini melabeli diri dengan nama Hooligan dari Inggris, Ultra dari Italia dan Barra Bravas dari Amerika latin. Apa yang dilakukan oleh ketiga kelompok suporter ini dinilai diluar batasan oleh khalayak luas, bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang memiliki penilaian buruk dari apa yang mereka lakukan ketika berada didalam maupun diluar stadion. Kehadiran mereka menjadi pembeda dari generasi suporter sebelumnya yang ada dinegara mereka masing-masing.

Awal mula Hooliganisme Inggris.

Etimologi dari istilah “hooligan” tidak terlalu jelas karena ada banyak penafsiran dan klaim dari beberapa peneliti, salah satunya muncul pada abad ke-18 dan 19, istilah hooligan ini muncul dari sebuah keluarga asal Irlandia yang tinggal di selatan London. Nama keluarga itu adalah “O’Hoolihan” mereka dikenal oleh masyarakat London karena mereka memiliki kesenangan dalam mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan ambisi mereka dalam melakukan pertarungan selama bertahun-tahun, kata "O’Hoolihan" pertama kali dipersingkat menjadi kata "Hoolihan" dan kemudian kembali berubah menjadi "Hooligan". Teori kedua tentang asal usul kata "hooligan" adalah bahwa pada akhir abad ke-18, seorang Irlandia bernama Patrick Hooligan yang dikenal ketika ia memulai perkelahian jalanan di London. Sejak saat itu, polisi mungkin menggunakan nama pria ini sebagai istilah umum untuk menggambarkan pria yang melakukan kekerasan. Terlepas dari dua teori ini, adalah fakta bahwa kata "hooley" yang berasal dari Bahasa Irlandia memiliki arti "liar". Jadi mungkin begitulah kata "hooligan" tercipta.

Pada tahun 1848, ketika aturan sepak bola pertama kali dibuat di Cambridge University, para hooligan belum ada, karena pada awalnya olahraga itu hanya dilakukan oleh mahasiswa. Pertandingan pertama ini tidak dapat dihadiri oleh orang-orang yang tidak bekerja atau belajar di Cambridge. Pada akhir abad ke-19, insiden hooliganisme pertama dimulai, ketika terjadi serangan terhadap wasit dan pemain, namun tidak menarik perhatian media sama sekali. Pada tahun 1909, salah satu kejadian pertama terjadi di Glasgow selama final piala Skotlandia antara Celtic Glasgow dan Glasgow Rangers.

 

Meski ada laga yang lebih dulu menyuguhkan insiden yang dilakukan oleh para hooligan, laga Celtic Glasgow vs Glasgow Rangers adalah laga profesional pertama yang menyulut amarah suporter Celtic pada saat itu. walaupun sebenarnya adegan pertama hooliganisme terjadi pada saat Preston North End mengalahkan Aston Villa dengan skor 5-0 ditahun 1885 dalam pertandingan persahabatan, kedua tim diserang oleh para pendukung lawan.

Ultras di Italia
"Ultrà" adalah istilah dari Italia yang memiliki makna "melampaui batas". Kata ini berhasil diterapkan pada keadaan sebenarnya pada saat itu, penafsiran kata ultra ini menandakan bahwa ultras lebih dari sekadar suporter sepak bola yang biasa saja atau sama dengan suporter sepak bola lain pada umumnya. Nama ultras sendiri diparkarsai oleh surat kabar Italia "Gazzetta dello sport" pada tahun 1968, bagi mereka para pendukung yang memiliki tingkah nyeleneh dan tidak lazim pada saat itu. Adegan pertama yang media sosot adalah ketika penggemar AC Turin mengikuti seorang wasit ke bandara dan merusak beberapa fasilitas yang ada di bandara tersebut. Beberapa bulan kemudian, pada tahun 1969, “Ultras Tito Cucchiaroni” didirikan di Genoa. Ini adalah permulaan penggunaan istilah ultras itu sendiri.

Kelompok pendukung sepak bola di Italia sendiri adalah Fossa dei Lioni (Sarang Singa) didirikan di Milan pada tahun 1968. Terdiri dari para pendukung AC Milan. Pada tahun 1969, banyak grup ultra lainnya didirikan, terutama di Italia bagian utara, seperti misalnya Boys S.A.N. (Squadre d'Azione Nerazzurre; “Black And Blue Action Units”), yang merupakan kelompok ultras pertama yang menyatakan diri mereka sebagai organisasi sayap kanan. Kemudian, pada tahun 1972, gerakan ultra sampai ke Italia bagian selatan ketika The Commando Ultrà didirikan di Napoli. Terakhir, para pendukung AS Roma yang mendirikan “Commando Ultrà Curva Sud” (CUCS) pada tahun 1977, dan disinilah penyebaran gerakan ultra tersebut meliputi seluruh bagian Italia. Di awal tahun 1970-an, tidak ada satu pun tim di Italia yang tidak melabeli mereka dengan kata ultras, salah satu dari tiga divisi tertinggi (Serie A, B dan C), setidaknya mereka memiliki satu kelompok ultra di antara pendukung mereka. Sebagian besar pengelompokan ini kecuali untuk Boys S.A.N. di Milan- didirikan oleh orang-orang yang setidaknya bersimpati dengan partai-partai sayap kiri di Italia seperti "Partito Comunista Italiano", Partai Komunis Italia.Hal ini menjadi sesuatu yang sangat lazim di Italia ketika orang-orang Italia menyadari bahwa pada akhir tahun 60-an dan 70-an juga merupakan akhir dari perlawanan remaja dan anak muda di Italia dan stadion sepak bola pasti menjadi suatu media bagi mereka sebagai yang mereka gambarkan semacam area di mana tidak ada yang menghalangi mereka untuk bersama dan perkelahian jalanan yang merayakan kesenangan mereka.

Barra Bravas di Amerika Latin
Selama tahun 1920-an, di Argentina muncuk kelompok suporter yang berbeda dan melakukan hal yang tidak biasa dilakukan oleh penggemar lain di pertandingan sepak bola. Kelompok-kelompok ini disebut sebagai “Barra” oleh media pada saat itu, sebuah istilah yang dalam bahasa slengean Spanyol Rioplatense setara dengan istilah “Geng”, tetapi dalam arti aslinya (tidak harus terkait dengan kejahatan), yaitu “sekelompok orang informal (biasanya teman) yang sering bertemu dan biasanya melakukan aktivitas umum”. Tindakan mereka hanya sebatas di stadion selama pertandingan kandang karena mereka tidak dapat mengikuti tim mereka ke kota lain, juga tidak ada kekerasan yang memprovokasi tujuan mereka, karena kekerasan muncul secara spontan seperti misalnya karena frustrasi yang disebabkan oleh hasil buruk yang mereka dapatkan. Tidak berbeda dengan kedua kelompok suporter di Inggris dan Italia, mereka juga memiliki cara untuk mempengaruhi pertandingan yaitu dengan cara mengintimidasi pemain lawan dan wasit dengan penghinaan, melempar benda dan kadang-kadang masuk ke lapangan untuk menyerang mereka. Kadang-kadang mereka juga menyerang suporter tim lawan (biasanya barra juga) yang menggunakan metode yang sama ketika melawan tim mereka. Pada akhir dekade ini, beberapa surat kabar menggambarkan salah satu kelompok ini sebagai barra "brava" bahasa Spanyol yang memiliki arti sengit, pada saat inilah kata “Barra Bravas” muncul untuk pertama kalinya.

Salah satu kelompok barra bravas itu bernama La barra de la Goma (Barra karet) yang diprakarsai oleh pers pada tahun 1927 untuk melabeli para pendukung San Lorenzo de Almagro. Julukan tersebut berasal dari karet ban dalam sepeda yang diisi dengan pasir, dan diikat dengan kawat di ujungnya yang digunakan kelompok ini dalam beberapa kesempatan untuk menyerang penggemar lawan. Terkadang mereka juga akan melempar benda ke pemain tim lawan untuk mengganggu mereka saat mereka harus melakukan intervensi saat pertandingan dimulai.

 

Ketiga kelompok suporter ini hadir sebagai pembeda dari kelompok suporter tradisional yang sebelumnya hadir dan mewarnai stadion dengan gaya dan cara dukungan mereka tersendiri pada saat itu. Hal ini jelas menggambarkan bahwa ketiga kelompok suporter ini adalah kelompok yang hadir di era baru dalam perkembangan sepak bola hingga saat ini. 

Ketiga gaya dan cara mendukung dari Hooligan, Ultras dan Barra Bravas ini juga telah merebak dikalangan suporter di Asean, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand khususnya. Gaya dan cara dukungan yang menjamur di pertengahan tahun 2000-an dan dengan cepat mempengaruhi suporter di Indonesia secara masif di tahun 2010-an. Atmosfir sepak bola Indonesia yang memiliki animo yang sangat luar biasa juga menjadikan kultur baru ini sangat cepat di adopsi oleh kalangan anak muda dengan dibantu oleh cepatnya informasi yang didapatkan di era modern ini. Tidak mungkin tidak, budaya baru suporter ini dapat mengikis hingga merubah cara dukungan suporter yang ada sebelumnya. 

 

 

 

Penulis: Rifqi Maulana

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.