Permainan Kotor Dari Dataran Inggris, The Crazy Gang dan Tingkah Tengilnya

Permainan Kotor Dari Dataran Inggris, The Crazy Gang dan Tingkah Tengilnya

 

Jika banyak orang mengatakan bahwa sepak bola modern adalah suatu kemewahan dengan segala tawarannya, maka saya mengatakan bahwa sepak bola modern adalah sepak bola yang membosankan dengan segala intrik yang ada didalamnya. Sepak bola modern memang menyuguhkan hal-hal yang menarik bagi orang-orang yang hanya ingin menyaksikan indahnya permainan dengan liukan pemain-pemain kelas atas yang memiliki nilai jual yang sangat mahal dan tidak masuk akal. Sepak bola modern juga terorganisir dengan sangat rapih, pengelolaan stadion dan teknologi yang melengkapi setiap pertandingan menjadi sesuatu yang merampas arwah fanatisme suporter sepak bola menjadi hal yang menyebalkan bagi banyak orang. Permainan yang menjadi hiburan bagi banyak masyarakat luas ini menjadi sesuatu yang hanya menyajikan pertunjukan bak hewan liar yang didomestikasi oleh para bajingan pengusaha sirkus yang menyebalkan.

 

Sepak bola bukan hanya sekedar permainan diatas lapangan hijau, banyak histori yang menyimpan kejutan yang sangat memukau. Lupakan sepak bola modern yang tetap memiliki banyak penikmat termasuk saya, karena sangat amat tidak mungkin kita dapat menghindari para penguasa yang berlindung dibalik federasi, mungkin saat ini yang bisa dilakukan adalah seperti apa yang dikatakan oleh Homicide, sekelompok unit hiphop asal Bandung yang memiliki penggalan lirik “membuka ruang kemungkinan dalam ruang ketidak mungkinan”.

 

Sedikit memutar arah ketahun 1988, Inggris menjadi salah satu negara yang memiliki permainan sepak bola yang menarik banyak perhatian para pecinta olahraga ini. Pada masa ini sepak bola Inggris didominasi oleh para pemain-pemain yang memiliki permainan yang sangat baik seperti Steve McMahon, Ian Rush, John Barnes, Gary Lineker, Clive Allen hingga King Eric Cantona. Tetapi rupanya para pemain tersebut hanya memiliki permainan yang cantik, walaupun ada beberapa pemain yang memiliki karakter unik seperti Eric Cantona milik Manchester United dan Ian Rush yang sangat diagungkan oleh die hard fan Liverpool.

 

The Crazy Gang, kuartet asal Wimbledon F.C ini menjadi sorotan dalam sepak bola Inggris pada saat itu. Bagaimana tidak, kelakuan ke empat pemain ini menjadi sesuatu yang tidak dapat terbantahkan ketika banyak orang mengetahui permainan kotor yang mereka lakukan, tetapi siapa yang peduli? Sepak bola adalah permainan yang keras dengan body contact yang menghiasi permainan ini. Dibawah nakhoda Dave Basset, Wimbledon berlayar dengan susah payah untuk mencapai mimpinya menjadi juara. Sangat tidak mungkin peran terbesar suatu tim hanya dimiliki oleh pelatih, para pemain yang membentuk karakter Wimbledon F.C ini adalah Dennis Wise, John Fashanu, Lawrie Sanchez dan pemain yang sangat dikenal dengan keberingansannya yaitu Vinnie Jones.

 

Mengingat nama The Crazy Gang, rupanya nama tersebut lebih layak diberikan kepada sekelompok pemuda yang menyukai menenggak alkohol, bertengkar dijalanan dengan sikap arogannya. Nama The Crazy Gang ini juga lebih cocok ketika dikaitkan dengan nama sebuah firma. Bagaimana tidak, ketika pemain lain memiliki panggilan yang menawan, kuartet yang memperkuat tim asal Londan Barat ini lebih cocok berada dalam sekumpulan anak muda yang tergabung dalam suatu firma. Nama The Crazy Gang sendiri rupanya lebih pantas bersanding dengan Inter City Firm, The Red Army, Bushwackers dan Baby Squad.

 

Entah apa yang mereka pikirkan ketika melakukan permainan keras ini, rupanya Dave Basset memiliki teknik yang berbeda dari tim lainnya yang mengedepankan permainan indah dan menawan di setiap pertandingannya. Apa yang mereka lakukan sungguh sangat amat jauh dari estetika permainan sepak bola pada umumnya. Ketika pemain lain menunjukann skill dan kecepatan yang mereka miliki, The Crazy Gang dibawah kendali Dave Basset lebih memiliki mengintimidasi pemain lawan dibanding melakukan nutmeg atau berlari seperti yang dilakukan para pemain pada umumnya. Senjata andalan mereka ketika berada diatas lapangan hijau sangat jauh dari apa yang dilakukan pemain-pemain pada saat itu, sangat amat jauh. Passing akurat, tarian diatas lapangan dan skill yang berkelas tidak ada dalam tactical board milik Dave Basset.

 

 

Pemain yang menjadi pemimpin dari kuartet ini adalah pria tinggi besar asal Wales yang memiliki nama Vinnie Jones. Dalam beberapa pertandingan yang ia lakoni tidak ada permainan yang tidak keras. Tendangan kearah badan pemain lawan, tackle keras, tendangan random hingga tackling keras pada Eric Cantona menjadi sesuatu yang dapat dinikmati oleh para pecinta permainan ini. Pemain sekelas Eric Cantona pun menjadi target kekejian yang dilakukan Oleh Vinnie Jones, dan hal menarik ketika ia melakukan tackle keras pada Cantona adalah dimana Cantona hanya berdiri dan tidak melakukan perlawanan sama sekali, sekali lagi kami tegaskan, tidak melakukan perlawanan sama sekali, apakah Cantona memaklumi apa yang dilakukan oleh Vinnie Jones? Atau Cantona tidak berani menghadapi pemimpin dari The Crazy Gang ini? Jawabnya hanya ada di Cantona.

 

 

Salah satu hal yang paling menggemparkan dunia sepak bola adalah ketika Vinnie Jones meremas bagian kemaluan milik Gaza, pemain yang memiliki nama lengkap Paul Gascoigne. Pada saat itu Gaza menjadi pemain dengan kemampuan yang sangat mengagumkan. Pada pertandingan yang digelar pada 6 Februari 1988 ketika Wimbledon F.C melawan Newcastle United di Plough Lane Stadium. Menempati posisi yang sama, Vinnie Jones dan Paul Gascoigne kerap berhadapan satu lawan satu. Tackle keras dan sikutan dari Vinnie Jones kerap diterima oleh Paul Gascoigne, dan rupanya Vinnie Jones memang di instruksikan untuk menjaga ketat Paul Gascoigne pada pertandingan itu. Hal yang sangat menggemparkan terjadi ketika Vinnie Jones secara sengaja meremas bagian kemaluan milik Paul Gascoigne, terlihat raut muka Paul Gascoigne yang merengek ketika Vinnie Jones melakukan hal ini. Pada suatu waktu Paul Gascoigne mengatakan bahwa ia merasa kaget dengan apa yang Vinnie Jones lakukan “Saya ingat setelah pertandingan, saya masih gemetar, saya shock," ujar Gascoigne. Tetapi rupanya Vinnie Jones pun memiliki alasan tersendiri, ia mengatakan bahwa “(Saat) Itu tendangan bebas atau sesuatu dan saya tidak ingin (Gascoigne) yang melakukannya (tendangan bebas)”. Great job Jones!.

 

 

Selain daripada itu, Vinnie Jones juga menjadi pemain yang sangat berperan ketika Wimbledon F.C menjuarai kejuaraan tertua di Inggris yaitu Piala FA. Sebelum memasuki lapangan hijau, Vinnie Jones sudah melakukan intimidasi pada Kenny Dalglish dengan mengatakan “aku akan memotong telingamu dan meludahi kuburanmu” bisa saja sebagian orang menganggap hal ini hanya candaan belaka, tetapi bila seorang pemimpin The Crazy Gang yang mengatakan hal ini, apa masih terlintas pikiran bahwa itu hanya sebatas candaan belaka? Mungkin bagi sebagian orang akan menjawab ya. Tidak hanya berhenti disitu, kelakuan primitif Vinnie Jones berlanjut diatas lapangan hijau ketika pertandingan baru saja dimulai, ia melakukan tackling keras pada Steve McMahon, pemain keras milik Liverpool. Siapa yang tidak terheran ketika pemain keras mendapatkan tackling brutal dari pemain lawan, mungkin hal ini hanya akan dilakukan oleh Vinnie Jones.

 

 

Rupanya hal ini berhasil meruntuhkan tim dengan segudang prestasi pada saat itu Liverpool. Vinnie Jones berhasil memainkan perannya sebagai berandalan yang hadir diatas lapangan hijau. Mungkin disini kami memperkirakan apa yang ada dalam pikiran Vinnie Jones, Kenny Dalglish, Steve McMahon, John Barnes, who? Pemain sepak bola dengan semangat rock n roll berhasil menjatuhkan bintang ternama diatas lapangan hijau. Putri Diana menyerahkan piala dari gelaran sepak bola tertua dinegaranya Piala FA pada sekumpulan pemuda brutal itu.

 

 

Tim ini memberikan gambaran kepada khalayak luas bahwa teknik, permainan cantik dan kekayaan tidak menjamin suatu tim dapat meraih keberhasilan. Kekerasan dan passion pernah menjadi senjata ampuh dalam dunia sepak bola. Bayangkan saja, tim yang tidak memiliki pemain bintang ini melakukan perjalanan away dengan minibus. Mereka berlatih di taman, bukan di lapangan mewah dengan segala fasilitas diberikan oleh tim, dan mereka memainkan permainan yang jauh dari kata estetika permainan indah dalam sepak bola. Sepakbola mereka cenderung primitive dan barbar, Dave Barret rupanya tidak memiliki ide sebaik ‘hairdryer treatment’ yang dilakukan Alex Ferguson ketika harus bersinggungan dengan praktik langsung di lapangan. Ia tidak secerdas itu secara taktik dan psikis, tetapi jelas, ia jauh lebih licik di luar lapangan, sepak bola sejatinya tidak hanya bermain diatas lapangan hijau, lebih dari itu, intrik diluar lapangan rupanya memang wajib diterapkan dan menjadi sesuatu yang sangat memiliki peranan penting.

 

Penulis: Rifqi Maulana

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.