Banalitas Kejahatan Sepak Bola Italia.

Banalitas Kejahatan Sepak Bola Italia.

 

Italia, berbicara tentang negara ini rupanya kita akan langsung mengingat makanan khas yang sangat populer seperti pizza dan pasta yang dapat menggugah selera santap malam semakin menggelora. Tetapi rupanya kedua makanan tersebut menjadi nilai tambah yang ikonik dari negara Menara Pisa ini, sisi lain dari negara ini pun sangat menarik untuk diulas seperti misalnya sepak bola yang sangat mendunia dan keterlibatan suporter, manajemen yang berafiliasi dengan mafia dan gembong narkoba di negara tersebut.

 

Sepak bola dapat dianggap sebagai olahraga paling populer di Italia, dengan diperkuat pemain kelas dunia yang bernilai miliaran membuat sepak bola Italia dikenal di seluruh dunia Namun tidak hanya itu, sepak bola Italia rupaya dapat membentuk identitas kolektif bangsa, menyatukan orang-orang yang berasal dari desa terkecil hingga kota terbesar di Italia dalam kecintaan mereka pada “permainan sikulit bundar”.

 

Namun selama beberapa dekade terakhir, investigasi dan penelitian media pada sisi lain sepak bola Italia telah mengungkap kurangnya kebajikan yang tidak pantas dalam industri modern ini. Infiltrasi dan korupsi mafia telah menjadi ciri sepak bola Italia sehingga malpraktek, penyimpangan, dan perilaku kriminal tampaknya menjadi hal yang sudah biasa.

 

Sudah jadi rahasia umum bahwa sebaian besar ultras selalu terlibat dengan kelompok mafia atau kegiatan criminal lainnya yang menjadi musuh dari polisi Italia. Seperti hal nya AC Milan yang memiliki Giancarlo Lombardi yang pernah pernah melakukan percobaan pembunuhan pada Andrea Galliani.

 

Di Lazio ada Fabrizio Piscitelli, bandar narkoba yang menjadi pemimpin Irriducibilli. Di Juventus ada Loris Gancini pemimpin Viking Curva Sud yang ditengarai sebagai anggota mafia Cosa Nostra. Inter pun sama, pendiri Boys San yakni Caravita Franco adalah pentolan mafia klan Calabria dari Rappocciolo.

 

Dalam sebuah laporan La Republicca menyatakan bahwa hampir di setiap kelompok ultras di Italia, salah seorang pemimpinya atau yang biasa disebut Cappo pasti memiliki kedekatan dengan kelompok mafia dan rekam jejak kriminal lainnya. Keterlibatan dengan para mafia ini yang membuat pemain, pemilik klub atau fans yang tidak tergabung dengan kelompok ultras takut pada kelompok ultras. Namun tidak semua pemain takut pada para ultras.

 

Keterlibatan Suporter Dengan Mafia.

Misalnya, suporter salah satu tim paling sukses di Italia yaitu Juventus atau yang biasa dikenal dengan sebutan si nyonya tua merasa kecewa dengan serangkaian tuduhan korupsi pada tim yang mereka cintai. Pada bulan April 2019, Mahkamah Agung Italia memutuskan bahwa manajer Juventus telah memasok tiket pertandingan yang disebut-sebut menguntungkan oleh sekelompok penggemar garis keras Juventus yang dikenal sebagai ultras, di bawah kendali individu yang terkait dengan mafia Calabria, yang dikenal sebagai 'ndrangheta.

 

 

Hingga saat ini, 'Ndrangheta adalah mafia terbesar di Italia. Pada tahun 2014, The Guardian pernah melaporkan bahwa pendapatan 'Ndrangheta di tahun sebelumnya bisa mencapai 53 miliar euro atau 3,5% produk domestik bruto (GDP) Italia. Jumlah itu lebih besar dibanding pendapatan milik McDonald's sekalipun. Sebuah institut riset bernama Demoskopika menyebutkan bahwa pendapatan utama 'Ndrangheta berasal dari penjualan narkotika dan pembuangan sampah ilegal. Namun, bukan dua hal itu saja yang menjadi sumber pendapatan 'Ndrangheta. Kelompok yang sudah eksis sejak akhir abad ke-19 itu juga punya sumber pemasukan lain, di mana salah satunya adalah penjualan tiket pertandingan sepak bola.

 

 

Keterlibatan Pemain Sepak Bola Dengan Mafia.

Tidak hanya suporter dan pengurus tim, Italia juga memiliki beberapa pemain professional yang mungkin tidak layak menyandang gelar professional tersebut karena keterlibatan mereka dengan mafia. Ketiga pemain yang mencuat ke permukaan setelah terlibat dengan kegiatan mafia di Italia adalah Fabrizio Miccoli, Vincenzo Iaquinta dan cucu dari seorang mafia ternama Italia yaitu Giuseppe Sculli.

 

Fabrizio Miccoli.

Fabrizio Miccoli, pemain yang sempat membela Juventus, Palermo, Perugia, dan Fiorentina ini telah cukup malang melintang dalam kancah sepak bola Italia. Nama pesepak bola yang digadang-gadang sebagai 'Maradona dari Salento' ini terbukti dalam rekaman sadapan telepon yang dilakukan oleh Unit Anti-Mafia Kepolisian Palermo. Dari rekaman tersebut, Miccoli diketahui menjalin hubungan erat dengan Antonino Lauricella yang merupakan anak bos mafia setempat.

 

Pertemanan Miccoli dan Lauricella ini sampai pada tahap di mana anak bos mafia akan membantu si Maradona dari Salento untuk menagih hutang dari seorang pemilik kelab malam. Tak hanya itu, Miccoli juga terbukti mengatai Giovanni Falcone, seorang hakim anti-mafia yang dibunuh dengan bom darat pada 1992 silam. Rekaman sadapan itulah yang kemudian mematikan karier Miccoli di Palermo.

 

Kepada Times of Malta, pengacara Miccoli menyanggah semua tuduhan tersebut. Mereka berencana akan melakukan banding atas dakwaan yang ia terima . Ia sama sekali tidak tahu menahu soal Lauricella, serta status Lauricella yang merupakan anak dari mafia kondang Italia.

 

 

Vincenzo Iaquinta.

Mantan penyerang Juventus serta bagian dari skuad tim nasional Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006 itu merupakan satu dari 148 orang yang diadili perihal keterlibatan mereka dengan 'Ndrangheta, sebuah kelompok mafia besar di Italia selatan, Calabria.

 

Pengadilan membebaskan Iaquinta atas keterlibatan langsung dengan mafia, namun ayahnya divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara 19 tahun. Ayah Iaquinta merupakan satu dari 120 orang yang divonis bersalah.

 

Pengadilan menganggap Iaquinta secara ilegal menyerahkan dua pucuk senjata api kepada ayahnya, yang pada saat itu di bawah putusan pengadilan dilarang memiliki senjata api.

 

Pengacara bapak dan anak yang berasal dari Calabria itu menyatakan akan mengajukan banding, sementara Iaquinta menyangkal melakukan kesalahan sebagaimana putusan pengadilan.

 

"Mereka merusak hidup saya hanya karena berasal dari Calabria," ungkap Iaquinta sembari meninggalkan gedung pengadilan, demikian dikutip Reuters.

 

 

Giuseppe Sculli.

Sebagai seorang pemain sepakbola profesional, Giuseppe Sculli acap klali dicurigai sering bekerja sama dengan mafia untuk melakukan pengaturan skor. Dan ternyata kecurigaan itu nyata dan terbukti, pada tahun 2006, pemain berkewarganegaraan Italia itu dinyatakan bersalah setelah terbukti mengatur skor pertandingan Crotone melawan Messina pada pertandingan serie B musim 2001/2002. Selain daripada Sculli, pengaturan skor ini melibatkan sang kakek yakni Morabito. Akibat ulahnya ini dia di-banned delapan bulan di kompetisi sepakbola Italia.

 

Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2011, Sculli pun kembali terbukti melakukan pengaturan skor yang melibatkan Lazio, Lecce dan Genoa. Beredar foto-foto yang memperlihatkan Sculli berhubungan akrab dengan Safet Altic, kelompok kriminal Serbia yang dikenal tidak jarang melakukan pengaturan skor di Eropa. Sculli pun kembali dihukum.

 

 

Bagi pecinta sepak bola Italia nama ini tak begitu asing ditelinga mereka terutama bagi suporter Lazio dan Juventus. Pemain ini tenar bukan karena prestasi dan torehan gol yang ia cetak. Dia populer berkat keberaniannya melawan ultras Genoa. Pada saat itu, Sculli yang membela Genoa menerima hinaan dari fans Genoa sendiri setelah timnya bertekuk lutut dari Siena dengan skor 4-0, padahal pertandingan baru berjalan satu babak. Di saat jeda itulah fans Genoa mengamuk, memboikot pertandingan dan meminta semua pemain Genoa melepas jersey kebesaran mereka.

 

Para pemain pun terlihat ketakutan. Namun siapa sangka, Sculli menghampiri salah satu pemimpin kelompok ultras. Menarik lehernya dan menatap tajam pemimpin itu. Dengan tegas ia mengatakan. "Aku tidak mau menuruti kalian. Jersey ini milik saya,!" dengan seketika kekacauan itu dapat dikendalikan dan ultras mundur secara teratur.

 

Kejadian ini membuat banyak pihak memuji Sculli. Beberapa media seperti Corriere dello Sport yang membuat liputan secara mendalam tentang Sculli Namun siapa sangka, keberanian yang dilakukan oleh Sculli bukan tanpa alasan belaka, sosok ini memang hidup di sekitar lingkungan mafia asal Calabria yaitu Ndrangheta yang juga menjadi salah satu klan mafia terbesar dan paling berpengaruh di dunia.

 

Tidak hanya itu, darah daging mafia memang mengalir dalam tubuh Sculli. Pemain ini memiliki hubungan darah dengan Giuseppe Morabito, bos dari Ndrangheta. Bahkan Sculli adalah cucu yang paling dicintai bos Ndrangheta tersebut.

 

 

Di Italia sendiri, mafia pada mulanya adalah merupakan organisasi yang dibentuk untuk melindungi mereka yang tidak mendapat perlindungan hukum. Akan tetapi, seiring berkembangnya waktu mereka berevolusi menjadi sekelompok pelaku kejahatan. Apa yang terjadi pada klub-klub serta pemain itu menunjukkan bahwa meskipun segala upaya sudah dikerahkan untuk memeranginya, mafia tetap ada dan mungkin akan selalu ada.

 

Mafia pada dasarnya adalah sindikat yang disusun dan berjalan dengan rapi. Gerak-geriknya sering tak tercium. Walaupun tercium, ada banyak alasan yang membuat keputusan untuk menutup mulut sebagai keputusan yang tepat. Dan atas segala kengerian yang diciptakannya, rasanya tak akan ada yang tahu kapan mafia-mafia itu benar-benar enyah dari muka bumi.

 

Penulis: Rifqi Maulana

 

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.