Lupakan Milan, Sisilia Memiliki Sektarianisme Tak Terbantahkan

Lupakan Milan, Sisilia Memiliki Sektarianisme Tak Terbantahkan

 

Ketika membaca kata persaingan, mungkin kita akan langsung tertuju pada ketatnya perselisihan yang terdapat dalam beberapa makna. Dalam dunia olah raga sendiri, persaingan bukanlah hal yang tabu untuk diperbincangkan. Persaingan antara kedua tim atau individu yang memperkuat suatu kebanggan menjadi hal yang sering kita jumpai. Salah satu persaingan yang sangat amat ketat dapat kita jumpai dalam salah satu cabang olah raga yang memiliki banyak fans fanatic di setiap negara yaitu sepak bola.

 

Dalam dunia sepak bola sendiri persaingan tidak hanya melibatkan kedua tim yang berlaga diatas lapangan hijau. Persaingan yang terjadi dalam olah raga yang memiliki banyak penggemarnya ini tidak jarang juga melibatkan manajemen, ofisial hingga suporter yang rela mempertaruhkan segalanya untuk mendukung tim kebangaannya.

 

Sepak bola sendiri memiliki istilah khusus bagi pertandingan yang memiliki tensi panas dan melibatkan dua tim dari satu kota, pertandingan seperti ini biasanya dilabeli dengan kata “derby”. Tidak ada penjelasan pasti mengenai sejarah darimana kata derby ini berasal, tetapi menurut beberapa sumber literasi yang kami dapatkan, kata derby ini berasal dari salah satu tradisi tua di Inggris. Tetapi rupanya pembahasan akan terlalu panjang ketika kita membahas darimana kata derby ini berasal.

 

Laga derby memang banyak terjadi diberbagai belahan dunia, seperti misalnya Inggris yang memiliki Derby Merseyside, Derby of Manchester hingga North-West Derby. Tetapi Inggris bukan satu-satunya negara yang memiliki derby yang menarik untuk dibahas. Terbang menuju Italia, salah satu negara yang memiliki atmosfir sepak bola yang cukup panas ini sangat amat pantas dijuluki sebagai negara yang memiliki persaingan sepak bola dari tim yang berada dibeberapa kota yang tersebar diseluruh Italia.

 

Beberapa derby yang ada di Italia memang sudah banyak diketahui oleh para pecinta sepak bola diseluruh dunia. Derby yang sangat familiar di Italia seperti misalnya Derby della Madonina, Derby della Capitale, Derby della Mole dan Derby d’Italia. Tetapi para pecinta sepak bola rupanya melupakan salah satu derby yang memiliki persaingan yang cukup gila di Italia, derby yang sangat menarik perhatian di Italia ini adalah Derby di Sicilia. Derby yang mempertemukan kedua tim dari daerah otonomi di Italia ini menjadi perbincangan dibeberapa kalangan pecinta sepak bola Italia.

 

Palermo F.C. dan Calcio Catania menjadi dua tim yang saling memberangus satu sama lain dalam laga derby ini. Kedua tim asal Sicilia ini memiliki persaingan yang sangat ketat selama ratusan tahun yang lalu. Salah satu penulis dari Calcio yaitu John Foot yang menulis The History of Italian Football menggambarkan persaingan kedua tim ini sebagai "pertempuran politik yang berasal dari dua kota tersebut memperebutkan sumber daya di salah satu wilayah termiskin dan paling korup di Italia". Dan ia pun membuat poin untuk membedakan antara hooligan sepak bola Inggris, Foot menggambarkannya sebagai "kekerasan Sisilia yang terorganisir".

 

 

Sebagai ibu kota Sicilia, Palermo menjadi kota yang sangat ambisius dalam mempertaruhkan harga dirinya dalam derby sicilia ini. Sudut kota Palermo menjadi salah satu tempat dimana ujaran kebencian suporter Palermo pada Calcio Catania. Beberapa tembok jalanan dikota Palermo ini sengaja “dihiasi” dengan berbagai coretan tembok yang menuliskan "Forza Etna".

 

Ketika kita mengartikan kedua kata ini rupanya forza sendiri memiliki arti “pergi” dan etna adalah salah satu gunung merapi yang dekat dengan kota Catania, kota yang sangat dibenci oleh warga Palermo, khususnya bagi para suporter Palermo F.C., lalu apa hubungannya coretan tembok ini dengan rivalitas mereka? Rupanya suporter Palermo F.C menginginkan gunung merapi Etna segera mengalami erupsi dan meluluh lantahkan suporter Calcio Catania.

 

Persaingan yang sangat tajam ini pun berimbas pada perebutan kekuasaan yang sering terjadi di jalanan sekitar stadion pada saat pertadingan derby tiba, “Derby di Sicilia” (Derby Sisilia), telah menjadi momen yang sangat langka beberapa tahun terakhir ini, kedua tim ini telah berpisah sepanjang sejarah mereka masing-masing. F.C. Palermo dan Calcio Catania sudah jarang bermain di divisi yang sama, mereka baru bertemu 11 kali di gelaran kasta tertinggi sepakbola Italia.

 

Tahun 2006 menjadi lembaran baru bagi Derby Sisilia ini setelah Calcio Catania mendapatkan promosi ke Serie A, kedua tim yang enggan mengalah satu sama lain ini lebih sering bertemu kembali dalam perhelatan derby sisilia. Sebelum mereka kembali bertemu pada tahun 2006, tahun 1999 menjadi tahun yang sangat mencekam dan menjadi saksi bagi derby sisilia ini. Salah satu suporter ditembak diluar lapangan. Tidak berhenti sampai disitu, tiga tahun kemudian kedua tim ini kembali bertemu dan kembali terjadi kerusuhan yang melibatkan kedua suporter dan pelatih Palermo F.C. beberapa suporter Palermo F.C. harus dilarikan kerumah sakit terdekat setelah mereka mendapatkan lemparan batu yang menghujani pelatih dan jajaran Palermo F.C. lainnya. Dan ini bukanlah kejadian berdarah terakhir dalam Derby Sisilia, tahun 2007 menjadi tahun yang sangat mencekam bagi sepakbola Italia dan kedua tim ini sejak pertama kali Serie A berlangsung pada tahun 1963.

 

Tragedi mencekam ini berawal dari kejadian diluar Stadio Angelo Massimino Catania, terjadi kerusuhan antara polisi dan pendukung Calcio Catania. Itu adalah perang gerilya murni di daerah sekitar stadion sederhana Catania. Suporter Calcio Catania tidak dapat menahan diri saat mereka menghujani polisi dengan batu. Ketika pertandingan akhirnya dimulai, para pendukung Palermo memakasa masuk pada babak kedua, hal ini menyebabkan suporter F.C. Palermo diserang terus menerus oleh serangan kembang api dari suporter Calcio Catania saat mereka mulai memasuki stadion.

 

Saat suporter F.C. Palermo melawan, gas air mata yang ditembakan oleh polisi menutupi seluruh isi dari stadion Massimino, menyebabkan para pemain dari kedua tim ini dievakuasi dari lapangan saat pertandingan dihentikan. Meskipun pertandingan telah usai, kerusuhan ini terus berlanjut di bawah bayangan Gunung Etna, di jalanan Catania. Satu dari 1.500 polisi yang diperbantukan untuk membantu menangani masalah yang telah diprediksi, Filippo Raciti salah satu polisi yang berusia 48 tahun itu mendapatkan lemparan bom rakitan yang dilemparkan oleh sekelompok suporter Catania yang meledak tepat di wajahnya. Selain daripada terkena lemparan bom rakitan, Fillippo Raciti juga mendapatkan pukulan dari benda tumpul, hal ini diungkapkan oleh Alfio Ferrara, salah satu polisi yang menemani Fillippo Raciti didalam ambulan. Akibat dari terkena ledakan bom rakitan dan pukulan dari benda tumpul ini mengakibatkan Fillippo Raciti kehilangan nyawanya dan kembali ke pangkuan tuhan.

 

 

Kematian Fillippo Raciti menyebabkan FIGC (Federazione Italiana Giuoco Calcio) sebagai federasi tertinggi sepak bola Italia menangguhkan semua pertandingan sepak bola profesional dan amatir, sepak bola Italia berusaha memperbaiki segala kesalahannya. Hal ini jelas berimbas pada seluruh kegiatan sepak bola di Italia dan merugikan banyak tim pada saat itu. Selain itu, FIGC membentuk lembaga untuk membendung tindakan-tindakan kekerasan. Kejadian tersebut  menyita banyak perhatian penggiat sepak bola di berbagai belahan dunia. Bahkan, ada solusi kepada FIGC untuk menghapus segala tindakan kekerasan di dunia sepak bola. Setelah kejadian tersebut pemerintah Italia berencana memperketat peraturan keamanan di seluruh stadion sepak bola, dikenal dengan nama Decreto Pisanu, yang di ambil dari nama mantan menteri dalam negeri Giuseppe Pisanu. Regulasi baru ini berisikan larangan membawa petasan dan smoke bomb ke dalam stadion, dan selama Februari 2007 tidak diadakan pertandingan di malam hari.

 

 

 

Penulis: Rifqi Maulana

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.