Dari The Busby Babes Hingga Munich Disaster

Dari The Busby Babes Hingga Munich Disaster

 

Go on, Billy! Show them what ball playing is all about, teriak salah satu suporter garis keras Manchester United pada penyerang asal Dublin, Irlandia yang lahir pada 1 April 1935 yaitu William Augustine Whelan atau yang biasa dikenal dengan nama Billy Whelan. Billy menjadi sosok legendaris yang sangat dicintai oleh pecinta tim sepak bola asal kota Manchester yaitu Manchester United ditahun 50-an. Billy Berasal dari dari Keluarga yang berada tetapi Ayahnya meninggal ketika Billy berusia 8 Tahun. Billy memulai karier sepak bola nya di suatu tim bernama "Home Farm F.C" sebelum ia bergabung dengan Manchester United. Billy menjalani  98 penampilan dalam empat musim bersama Manchester United dan ia berhasil menorehkan 52 gol. Dia adalah pencetak gol terbanyak bagi Manchester United di musim 1956-1957, mencetak 26 gol di Divisi Utama dan 33 di semua kompetisi ketika Manchester United memenangkan gelar liga kedua beruntun dan mencapai semi-final Piala Eropa dan Final Piala FA .

 

 

Mengingat Liam “Billy” Whelan, tidak mungkin tidak pasti sangat amat erat kaitannya dengan “The Busby Babes” skuad Manchester United di era 50-an. Julukan The Busby Babes sendiri awalnya diprakarsai oleh editor kondang dari salah satu surat kabar di Inggris yaitu Manchester Evening News, Frank Nicklin, pada tahun 1951. Frank Nicklin menggunakan jargon tersebut untuk memberitakan laga antara Manchester United melawan Liverpool.

 

The Busby Babes

Pada saat itu Manchester United dibawah asuhan Sir Alexander Matthew "Matt" Busby, CBE, KCSG. Busby kerap mengutamakan pemain-pemain yang berasal dari tim akademi Manchester United. Pertaruhannya dengan pemain muda berhasil, karena tim yang berjuluk “The Red Devil” sukses meraih serangkaian trofi dari berbagai gelaran.

 

 

Sebelum menjabat sebagai pelatih kepala Manchester United, Matt Busby sempat mendapatkan tawaran dari tim asal Meseyside yaitu Liverpool, tetapi karena perbedaan pendapat dengan dengan pemilik Livepool, Busby membatalkan kerjasama nya dengan tim yang berjuluk “The Reds” dan berlabuh di Manchester untuk menukangi The Reds Devil. Pada awalnya, pihak Manchester United hanya memberi tawaran kontrak selama tiga tahun pada Matt Busby, tetapi rupanya pelatih sekaligus mantan pemain sepak bola asal Inggris ini memiliki rencana lain, karena dibutuhkan waktu yang panjang untuk melakukan perubahan dalam tubuh Manchester United, hal ini membuat pihak Manchester United memberikan kontrak selama lima tahun pada Matt Busby.

 

Pelatih legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson, rupanya tidak dapat menyembunyikan kekaguman nya terhadap Busby. Bagin Sir Alex Ferguson butuh sebuah pertaruhan dan keberanian besar untuk mempercayai pemain muda di era 1950-an.

 

"Anda berada dalam industri yang semuanya tentang hasil, dan itulah kenapa kebanyakan pelatih harus bergantung kepada tim utama agar bisa mempertahankan pekerjaannya dan tidak ada yang salah dengan itu; memang begitulah kehidupan," ujar Ferguson.

 

"Membangun sebuah klub dengan pemain muda adalah hal yang paling berani, dan itulah hal yang paling tepat karena begitu anda memiliki fondasinya, anda jadi bisa bergantung kepada mereka selama bertahun-tahun."

 

Seperti kebanyakan pelatih lainnya, Matt Busby juga adalah seorang pesepakbola. Sayang, karirnya terhambat oleh Perang Dunia Pertama yang terjadi pada tahun 1939. Pada tahun 1945, Matt Busby menjadi pelatih kepala Manchester United.

 

Butuh waktu tiga tahun sampai skuat yang dibangun Busby membuahkan hasil. Trofi perdananya berasal dari gelaran FA Cup. Kesuksesan itu berlanjut di tahun 1952, di mana 'Busby Babes' menjuarai Divisi Utama untuk pertama kalinya. Berhasil menjadi juara dengan para pemain muda sebagai pemeran utama nya, Manchester United dengan Busby Babes nya pun digadang-gadang akan menjadi kekuatan super di masa yang akan datang. Pada musim 1956/57, The Busby Babes mampu kembali menjadi juara liga sekaligus menembus babak semifinal Piala Eropa yang kini bernama Liga Champion.

 

Munich Disaster 1958

Sabtu, 1 Februari 1958, Arsenal yang pada saat itu menghuni papan tengah sedang bersiap melakoni laga melawan Manchester United dibawah pimpinan Matt Busby. Liam Whalen dan koleganya adalah juara bertahan kompetisi pada musim sebelumnya. Namun rupanya pada saat itu, The Busby Babes sedang tidak dalam performa terbaiknya. Sebelum nya, mereka menelan tujuh kali kekalahan. Namun sepanjang Desember, skuad asuhan Matt Busby ini terus memperbaiki performanya dengan berhasil berada di urutan ketiga dan hanya berselisih enam poin dari pemuncak klasemen, Wolverhampton Wanderers.

 

Skuat Busby pada saat itu diperkuat oleh pemain yang lengkap dan berbakat, didominasi oleh para pelari cepat, fisik yang mempuni dan berusia muda. Tim mana yang nyalinya tidak menciut  ketika mendengar nama Eddie Colman, Mark Jones, David Pegg, Duncan Edwards, hingga striker dengan rasio gol terbaik sepanjang sejarah klub, Tommy Taylor. Pertandingan ini berakhr dengan skor 4-5, kemenangan bagi tim tamu Manchester United. Tetapi tidak ada yang mengira bahwa pertandingan ini adalah pertandingan terakhir yang dilakoni oleh “The Flowers Of Manchester” julukan lain bagi anak asuh Matt Busby pada saat itu.

 

 

Munich, 6 Februari 1958 menjadi hari yang paling mencekam bagi masyrakat Inggris khususnya warga Manchester yang mencintai tim sepak bola Manchester United. Dalam cuaca yang sangat buruk dan turunnya salju dari langit Eropa menjadikan langit Manchester menjadi terasa sangat gelap pada saat itu. Munich Disaster menjadi suatu tragedi yang sangat sulit untuk dilupakan, karena sebelum kecelakaan itu terjadi The Busby Babes baru saja bergembira. Manchester United yang dinahkodai Matt Busby itu baru saja melangkahkan kakinya ke semifinal Piala Eropa, setelah berhasil menyingkirkan tim kebanggan warga Serbia yaitu Fudbalski Klub Crvena Zvezda atau lebih sering dikenal dengan nama Red Star Belgrade dan memastikan diri untuk melanjutkan langkah berikutnya dipartai semifinal melawan rakasasa asal Italia yaitu AC Milan.

 

Setelah melakukan laga tandang di Beogard dengan hasil yang memuaskan, skuad The Busby Babes merayakan dengan langsung pulang keesokan harinya, 6 Februari 1958. Rupanya kepulangan The Busby Babes ini rupanya kepulangan sejati dari kedelapan skuad asuhan Matt Busby pada saat itu.

 

Cuaca di Eropa pada saat itu memang sedang tidak bersahabat, salju yang terus turun dengan intensitas yang tinggi menjadi salah satu penyebab Munich Disaster ini. The Busby Babes melakukan perjalanan pulang dengan menggunakan pesawat berjenis Airspeed Ambasador 2 bernama Elizabeth. Pesawat dibawah kendali pilot James Thain dan co pilot Kenneth Rayment tidak dapat langsung membawa pesawat ini langsung menuju Manchester, tetapi mereka harus transit terlebih dahulu di Munich untuk mengisi bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke Manchester.

 

Setelah tiba di Munich, salju membuat penerbangan ini sangat amat berisiko bagi pilot, co pilot dan semua yang berada didalam pesawat itu meskipun kedua pilot ini adalah pilot yang sangat berpengalaman dan sempat menjadi pilot untuk Angkatan Udara Inggris pada masa Perang Dunia II.

 

Menurut informasi, Kapten James Thain memberikan kendali penuh pada co pilotnya yaitu Kenneth Rayment. Kedua pemeran utama dalam perjalanan pulang ini siap untuk lepas landas pada pukul 14:19 GMT, tetapi rupanya mereka berdua gagal untuk menerbangkan Elizabeth. Pada percobaan keduanya, Kapten James Thain merasakan ada kejanggalan pada mesin Elizabeth setelah 40 detik akan terbang. Skuad The Busby Babes turun dari pesawat dan menunggu diruang tunggu bandara. Seluruh pemain Manchester United sudah memperkirakan bahwa penerbangan mereka akan dibatalkan, Duncan Edwards mengirim telegram ke pihak Manchester United bahwa kepulangan mereka akan tertunda.

 

Tetapi dengan segala pengalamannya, James Thain percaya bahwa ia dapat membawa skuad The Busby Babes kembali ke Manchester untuk merayakan kemenangan mereka. Setelah berdiskusi dengan petugas menara control di Munich yaitu Bill Back, James Thain memutuskan untuk melanjutkan perjalan setelah mendapatkan izin dari Bill Back dan seluruh penumpang pesawat Elizabeth ini mulai memasuki pesawat dan disinilah muncul kegelisahan dari para penumpang.

 

Dikutip dari The Guardian, Liam “Billy” Whelan yang pada saat itu turut serta dalam perjalanan pulang menggumam dengan kalimat “Ini mungkin kematian, tapi saya siap” dan rupanya itu bukan hanya gumaman semata, beberapa menit setelah lepas landas, Elizabeth tergelincir di ujung landasan dan menabrak pagar dan rumah yang ada disekitaran bandara Munich pada saat itu. Delapan pemain Manchester United yang menjadi korban adalah Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor dan pemain yang memiliki firasat sangat kuat pada perjalanan pulang itu, Liam “Billy” Whelan.

 

 

 

Ledakan yang menyebabkan kepulan asap dan kobaran api mewarnai gumpalan salju di Munich pada saat itu. Elizabeth tergelincir dengan membawa The Flowers Of Manchester yang gugur pada perjalanan pulang ke Manchester untuk merayakan kemenangan dan mempersiapkan pertempuran selanjutnya dengan tujuan membawa nama Manchester United ketahta tertinggi sepak bola Eropa. Tetapi rupanya tuhan memiliki rencana lain bagi The Busby Babes, bunga-bunga Manchester itu akan bisa bertahan hidup dengan cara seperti ini. Mereka hidup di dalam kenangan, di dalam fantasi, dan di dalam lamunan para Mancuhunian hingga saat ini, The Flowers Of England, The Flowers Of Manchester.

 

 

Penulis: Rifqi Maulana

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.