From Manchester To Madchester

From Manchester To Madchester

Manchester, hal yang terlintas dalam pikiran kita pasti langsung mengarah pada tim sepak bola yang dikenal di seluruh penjuru dunia. Dua tim raksasa seperti Manchester City dan Manchester United memang menjadi ikon kota ini walapun ada tim lainnya seperti Wigan Athletic hingga Bolton Wanderers. Bukan hanya sekedar kota biasa, Manchester juga adalah sebuah distrik metropolitan yang memiliki populasi cukup banyak.

Banyak pemain sepak bola yang pernah berkiprah di kota ini seperti Billy Meredith, Joe Corrigan, George Best hingga Eric Cantona. Banyak hal menarik yang bisa dibahas dari kota ini, mulai dari arsitektur, budaya, olahraga, musik dan lainnya, tapi kayanya terlalu serius kalau kita membahas itu semua. Hal yang cukup menarik dibahas dari kota ini adalah skena musik Madchester yang berkembang di Manchester.

Madchester, skena musik yang berkembang di Manchester ini sepertinya cukup menarik ketika kita mengingat kata Manchester. Sebelum memasuki era nya, Manchester sudah memiliki band yang mewakili budaya Manchester dan juga namanya cukup tenar pada masa itu seperti Freddie and the Dreamers dan the Mindbenders dan Herman's Hermits yang berhasil menduduki puncak tangga lagu Billboard.

 Factroy Records lah yang menjadi pemicu muncul nya pergerakan Madchester pada saat itu. Band seperti Happy Mondays, Northside, New order dan Joy Division. Salah satu rilisan andalan dari Factory Records adalah album dari Joy Division yang bertitel Unknown Pleasure. Pada tahun 1980 setelah Ian Curtis

memilih meninggalkan dunia. Bernard Sumner, Peter Hook dan Stephen Morris memilih untuk kembali bermain musik dengan membuat band baru bernama New Order yang juga kembali dirilis oleh Factory Records, album yang ber titel “Blue Monday” berhasil terjual sebanyak satu juta keping di Inggris dan sepuluh juta keping di seluruh dunia. 

 Pada tahun 1982 Antony Wilson dan Bernard Sumner dari New Order berusaha mengembalikan kembali spirit musik lokal Manchester dengan membuat sebuah klab bernama The Hacienda. Hacienda terus mencari musik yang juga merupakan awal keberangkatan skena Madchester. Hal inilah yang menjadikan Hacienda menjadi salah satu “pemantik” utama dari lahirnya Madchester.

Pada tahun 1987 hingga 1988, scene Madchester ini diperkirakan muncul setelah Happy Mondays merilis EP mereka pada tahun 1998 yang bertitel THE MADCHESTER RAVE ON. Kata Madchester yang tertera pada cover EP Happy Mondays tersebut adalah ide dari Phillip Shotton dan Keith Jobling yang pada saat itu menjadi sutradara video di Factory Records. Walapun sebelumnya beberapa band asal Manchester sudah memulai eksistensinya seperti The Smiths, Inspiral Carpets dan The Stone Roses.

Gaya bermusik ini sangat meluas pada saat itu, seperti The Stone Roses yang merilis “Elephant Stone” pada bulan Oktober 1988 yang berhasil mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi dan meraih UK Top 10 pada saat itu yeng berhasil menarik perhatian tersendiri pada pergerakan baru yang berada dikota Manchester. Skena baru yang bisa dibilang “beda” ini lah yang kemudian mendapatkan julukan Madchester.

Skena musik ini semakin berkembang dan menarik perhatian media di Inggris pada saat itu. The Stone Roses kembali merilis single yang berjuluk “Made of Stone”dibulan Februari 1989 dan kembali mendapatkan apresiasi yang sangat bagus pada saat itu. The Stone Roses tidak puas sampai disitu, pada bulan Maret 1989 mereka merilis album pada saat itu.

Melihat apresiasi yang sangat baik, media pada saat itu ikut mendukung skena Madchester ini. Sejak Oktober 1988 Radio Key 103 sebagai salah satu media yang cukup sering memutarkan lagu dari band lokal Manchester seperti Happy Mondays, Inspiral Carpets, A Guy Called Gerald dan juga The Stone Roses. Graeme Park dan Mike Pickering yang pada saat itu menjadi DJ di Hacienda juga melakukan hal yang sama. Tidak hanya media lokal, media nasional Inggris pada saat itu pun tertarik untuk mengikuti skena musik baru di kota Manchester ini. Bob Stanley dalam Melody.

Maker menulis tentang album The Stone Roses sebagai “this is simply the best debut LP I’ve heard in my record buying lifetime. Forget everybody else. Forget work tomorrow”. New Musikal Express (NME) Salah satu majalah musik populer di Inggris pada saat itu juga memberikan apresiasi pada The Stone Roses dengan menuliskan “The greatest album ever made” John Robb dari The Sound juga ikut mengapresiasi band asal kota Manchester ini dengan menuliskan “The Stone Roses have revolutionised British Pop” dan Manchester semakin dikenal sebagai pusat budaya alternatif di Inggris.

Madchester semakin terdengar keseluruh Inggris setelah pada bulan November setelah ke empat band merilis karyanya secara bersamaan. Ke empat band tersebut adalah The Stone Roses dengan single “Fools gold” 808 State dengan “Pacific” Inspiral Carpets dengan “Move” dan EP dari Happy Mondays yang menjadi slogan skena musik ini “The Madchester Rave On”.

Pada waktu yang bersamaan juga fashion ikut mempengaruhi gaya berpakaian mereka. Celana jeans baggy yang pernah populer kembali digunakan kembali oleh skena musik ini dalam berpakaian yang dikombinasikan dengan jaket parka, gaya retro dan juga kultur kasual sepak bola. Tidak sedikit juga pecinta sepak bola pada saat itu mendengarkan musik dari band yang berasal dari skena Madchester. Potongan rambut seperti band Manchester di era awalpun menjadi trend pada saat itu dan satu yang tidak kalah penting buckethat, yang pada saat itu juga kembali dipopulerkan oleh Alan Wren, drummer dari The Stone Roses. Tidak hanya itu, beberapa personil band dari Madchester juga mengenakan kostum sepak bola juga. Hal ini terjadi karena tidak sedikit band dari skena Madchester adalah fans sepak bola. Hal ini juga yang menjadikan skena musik ini lekat dengan kultur kasual sepak bola.

Kesuksesan skena Madchester ini tidak berjalan dengan mulus diluar Inggris khususnya Amerika Serikat, terbukti dengan hanya The Charlatans yang berhasil menembus chart Billboard modern Rock Tracks nomor 1 dengan single “Weirdo” pada tanggal 23 Mei 1992. Setelah melewati masa emasnya, skena Madchester mulai menunjukan penurunannya. Mulai dari The Stone Roses yang mebatalkan tour mereka di Amerika Serikat dengan alasan mereka belum pantas, dilihat dari penjualan album debut mereka yang berhasil terjual sebanyak 350.000 copy di Amerika Serikat menjadikan alasan tersebut terdengar tidak masuk akal. Selain The Stone Roses, Happy Mondays pun mencatat kegagalan setelah tidak berhasilnya mereka dalam melakukan rekaman album mereka yang bertitel “Yes Please” yang membuat Factory Records meminta mereka merekam ulang semua lagu yang ada pada album tersebut. Hal ini juga menjadikan Factory Records kehilangan banyak waktu dan materi yang menjadi pemicu awal kebangkrutan Factory Records pada tahun 1992. 

Masalah yang ditimbulkan oleh kedua band ini turut mendukung kemunduran skena musik Madchester ini. Selain daripada itu juga pers di Inggris mulai mengalihkan perhatiannya pada musik Shoegaze dan grunge yang berasal dari Amerika Serikat. Tetapi dibalik kemundurannya justru Madchester menjadi acuan baru bagi terlahirnya skena musik yang berkembang secara nasional di Inggris pada saat itu yaitu Britpop.

 Skena musik Madchester memang menimbulkan pengaruh positif hingga pengaruh negatif dikota Manchester hingga Ingris sekalipun. Terlahirnya skena musik nasional seperti Britpop menjadi dampak positif dari semangat skena musik Madchester. Ketika yang lain mengidentikan skena musik Madchester dengan The Stone Roses mari kita sedikit mengarah ke Happy Mondays salah satu band yang turut meramaikan skena musik ini,  lagu-lagu mereka menjadi playlist wajib bagi pecinta skena musik ini, sudahkah kalian mendengarkan Step On  hari ini?

 

Penulis: Rifqi Maulana

gzuOJDplxHWwhFUm

RouJbAhnV

MKhInxVa

dqPhVuQJS

rHKEMDLPwG

iqhUlxYCVszR

iSvtYByLJgaMls

SIPNgAVYrR

OxZwNnBWc

DZifeCKtyG

opxnLYCTFI

fObDvFTRVLZXom

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.