MANIC STREET PREACHERS: Senandung Perlawanan Dalam Balutan Musik Rock

MANIC STREET PREACHERS: Senandung Perlawanan Dalam Balutan Musik Rock

Nulis tentang band ah, tapi kalau nulis band-band an suka pengen ngobrol sama kang Irfan Muhammad a.k.a Irfan Popish duh. Jadi inget waktu beberapa bulan kebelakang Prung sempet ngobrol sama kang Irfan tentang kancah musik pop di Indonesia, khususnya indie pop. “ Indie pop bukan hanya sekedar musik, bagi beberapa penggiat skena musik ini meyakini bahwa indie pop melibatkan pola pikir dan estetika lainnya.” Ujar Irfan Popish, pegiat kancah musik pop sekaligus penulis buku Bandung Pop Darling, sehat selalu kan Irfan.

 

Ngomong-ngomong tentang musik bukan hanya sekedar musik, jadi inget sama salah satu band alternative rock, pop atau apapun itulah asal Wales, Britania Raya. Manic Street Preachers, emang sih kalau lagi dengerin band satu ini tuh kadang suka kaya pengen cari tau maksud sama makna dari tiap penggalan liriknya, soalnya kadang ada yg emang to the point, straight atau ya emang butuh penafsiran tertentu gitu dari makna tiap lagu mereka tuh.

 

Band yang dibentuk pada tahun 1986 di Blackwood, Wales, Britania Raya. Diskografi mereka terdiri dari 14 album studio, tiga album kompilasi, empat album video, 71 video musik, enam extended play, 57 single, 208 B-sides. Hal tersebut mugkin juga bisa jadi sebuah tolak ukur kalau band ini jadi band yang cukup produktif dalam segi kreatifitas dan rilisannya.

 

Gak ada kejelasan tentang kenapa band ini dikasih nama “Manic Street Preachers” tapi dari beberapa tulisan yang seliweran di beberapa portal media elektronik katanya band ini menerima ilham ketika dimana James Dean Bradfield pemain gitras sekaligus vokalis band asal Wales ini lagi ngamen di kawan Cardiff dan ia terlibat dalam suatu pertengkaran dengan salah satu tunawisma disana, terus tunawisma itu nanya ke Jamed Bradfield "What are you, boyo, some kind of manic street preacher?" kayanya James Bradfield terinspirasi dari umpatan tunawisma tersebut dan menganggapnya bahwa perkataan itu sebagai ilham bagi dirinya.

Manic Street Preachers emang gak se terkenal band Britpop kaya Suede, Elastica atau Oasis dan Blur yang sering banget nongol gara-gara beberapa tingkah frontman mereka. Tapi Manic Street Preachers juga gak se underrated band-band twee pop kaya The Field Mice, Talulah Gosh atau mungkin Camera Obscura sama The Pastels, tanpa mengenyampingkan mereka, band twee pop kadang jadi playlist yang bisa mengalihkan kejenuhan dikala musik lainnya udah mulai kerasa jenuh.

 

Tapi walaupun gak setenar band Britpop kenamaan, beberapa single dari Manic Street Preachers sempat bertengger di papan atas top chart UK. Namun sisi menarik lain dari band asal Wales ini bukan perihal mereka berhasil bertengger di papan atas top chart UK, tapi gimana cara mereka menyampaikan pesan baik yang tersurat maupun tersirat dalam setiap bait yang dituliskan oleh empu Richey Edwards dan Nicky Wire yang sebagian besar menuliskan lirik dari Manic Street Preachers.

 

Namun sayang beribu sayang, Richey Edwards yang mendominasi penulisan lirik bagi band asal Wales ini dinyatakan meninggal dunia pada 24 November 2008 setelah menghilang sejak 1 February 1995 di Cardiff, Wales. Pemain gitar sekaligus penulis lirik Manic Street Preachers ini menghilang pada 1 Februari 1995, pada hari dimana seharusnya ia dan ketiga temannya dijadwalkan terbang ke Amerika Serikat untuk tur promosi album ke-tiga mereka yang berjudul The Holy Bible.

Dengan atau tanpa Richey Edwards, Manic Street tetap melanggengkan perkhidmatannya dalam belantika musik guna terus mengembangkan khutbahnya di “jalanan”. Sejak saat itu, rupanya trio asal wales ini mengemban tugas yang cukup mulia dalam melakukan ekspansi dalam dunia musik yang menjadi media mereka dalam melancarkan bentuk kekecewaan pada kehidupan yang semakin hampa, wusshhhhh.

 

Salah satu bentuk kekecewaan Manic Street Preachers ini bisa kita dengerin disalah satu lagu mereka yang judulnya Motorcycle Emptiness. Secara kasat mata atau sependek pikiran kita, kayanya lagu ini nyeritain tentang jok belakang motor yang gak ada penumpangnya, atau ada beberapa temen juga yang nafsirin kalau lagu ini kayanya nyeritain seseorang yang lagi galau karena kesepian gak ada temen hidup. Soalnya reff dari lagu ini kan bunyinya Under neon loneliness, motorcycle emptiness. Zo zeeeeeeeed.

 

Tapi ternyata kalau liriknya kita baca lagi, secara garis besar lagu ini nyeritain tentang sudut pandang sosialisme yang meyakini arus gaya hidup manusia di era modernisasi. . Life lies a slow suicide, Orthodox dreams and symbolic myths, From feudal serf to spender, This wonderful world of purchase power. Konsumerisme, kekecewaan atas kehidupan dibawah kepalsuan dan perbudakan kayanya jadi titik fokus dari lagu yang ditulis oleh kuartet unit asal Wales ini. Seperti yang diprediksi oleh Karl Marx bahwa kapitalisme pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri.

Under neon loneliness, adalah tentang bagaimana kita diberi begitu banyak hal, seperti TV, untuk mengalihkan kita dari ketidakadilan masyarakat. Kesepian kita adalah "neon" karena cerah, penuh warna, dan itu semua ternyata menganggu sebuah kehidupan, dan pada akhirnya semua itu tidak berguna.

 

Selain dari lagu Motorcycle Emptiness, lagu yang menjadi hits dari album This Is My Truth Tell Me Yours yang berjudul “If You Tolerate This you Children Will Be Next”. Pada penggalan lirik dalam lagu tersebut yang ditulis oleh Nick Jones, James Dean Bradfield dan Sean Moore ini berisi pesan yang sangat bermakna ketika mereka menuliskan “So if I can shoot rabbits, Then I can shoot fascists”. Dari beberapa sumber yang kami dapatkan, Manic Street Preachers terinspirasi dari poster propaganda Partai Republik pada waktu itu yang ditulis dalam bahasa Inggris dan menampilkan foto seorang anak muda yang tewas dibunuh oleh kaum Nasionalis, di bawah langit yang dipenuhi pesawat tempur. Nicky Wire sebagai pemain bass dari Manic Street Preachers juga mengungkapkan bahwa mereka terinspirasi dari lagu The Clash yang memiliki subjek yang sama dengan lagu yang mereka ciptakan. Apakah Manic Street Preachers salah satu band anti fasis? Mungkin lebih tepatnya mereka lebih ke anti penjajahan atau kekerasan lainnya kali ya.

Sebenernya gak cuma dua lagu itu aja yang jadi bentuk representasi kalau Manic Street Preachers sangat identik dengan isu sosial politik dalam lagu-lagu mereka kaya P.C.P, Archives of Pain, 4st 7lb dan masih banyak lagu lainnya. Tapi ya walaupun banyak lagu yang berkaitan sama sisi sosial politik, Manic juga ada lagu menye-menye nya kaya tentang putus asa dalam kehidupan, kekecewaan dan lainnya. Tapi ya garis besarnya mereka juga suka pake kata-kata yang syarat akan unsur sejarah, isu sosial dan politik lainnya atau menuliskan sosok sosok yang berkaitan dengan suatu sudut pandang politik, mungkin bisa dibilang leftist atau apapun itu lah.

 

Fyi, Manic Street Preachers baru ngumumin sekaligus rilis album baru mereka yang berjudul The Ultra Vivid Lament, tapi rupanya mereka sedikit melunturkan sisi nakal, protes, brutal dan tanpa kompromi seperti di album The Holy Bible atau This Is My Truth Tell Me Yours dan beberapa album sebelumnya, tapi bukan Manic Street Preachers kalau gak mengkritisi isu sosial, katanya, Album baru mereka nyeritain tentang isu sosial yang terjadi di media sosial dan media elektronik lainnya, kejengahan, kejenuhan akan kesenjangan sosial menjadi salah satu isu yang mereka angkat dalam album terbaru mereka, yohooooo love it James Dean Bradfield, Nicky Wire dan Sean Moore, muah kecup ah.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.