Budaya Amsterdam dan Kebebasan Bob Marley

Budaya Amsterdam dan Kebebasan Bob Marley

Amsterdam, kota yang dikenal dengan kota yang sangat menjunjung tinggi kebebasan dan daya jual seni yang sangat tinggi. Bagi penyuka kebebasan, mungkin di sini merupakan surga dunia. Berbagai bentuk kebebasan dilakukan dengan damai dan dalam lindungan hukum. Salah satunya adalah kita dapat membeli mariyuana atau ganja dengan legal dalam jumlah terbatas di bar Amsterdam yang berlabel coffee shop.

 

Hal ini rupanya tidak dapat terlepas dari salah satu perjanjian yang mengamendemen Perjanjian Uni Eropa, Perjanjian pendirian Komunitas Eropa, dan undang-undang terkait, yaitu perjanjian Amsterdam. Perjanjian Amsterdam, yang secara resmi disebut Perjanjian Amsterdam yang mengamendemen Perjanjian Uni Eropa, Perjanjian pendirian Komunitas Eropa, dan undang-undang terkait, adalah perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 2 Oktober 1997 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1999. Perjanjian ini mengamendemen Perjanjian Maastricht yang ditandatangani pada tahun 1992.

 

Perjanjian Amsterdam memberi lebih banyak penekanan pada kewarganegaraan dan hak-hak individu serta merupakan upaya untuk memperkuat demokrasi dengan meningkatkan kekuatan Parlemen Eropa. Perjanjian ini juga terkait dengan pekerjaan, kebebasan dalam Komunitas Eropa, keamanan dan keadilan, permulaan kebijakan luar negeri dan keamanan bersama, serta reformasi institusi. Perjanjian ini merupakan hasil dari negosiasi panjang di Messina, Sisilia, pada tanggal 2 Juni 1995, hampir empat puluh tahun setelah ditandatanganinya Perjanjian Roma.

 

Namun dibalik kebebasan yang ada, Amsterdam memiliki daya jual lainnya yaitu tim sepak bola Ajax Amsterdam. Ajax juga merupakan salah satu dari empat tim yang memenangkan treble kontinental dan Piala Interkontinental atau Piala Dunia Klub dimusim yang sama. keberhasilan ini dicapai pada musim 1971–72. Ajax, Juventus, Bayern Munich, Chelsea dan Manchester United adalah lima klub yang memenangkan tiga kompetisi klub UEFA. Mereka juga telah memenangkan Piala Interkontinental dua kali, Piala UEFA 1991–1992, serta Piala Karl Rappan, pendahulu Piala Intertoto UEFA pada tahun 1962. Ajax bermain di Johan Cruyff Arena, yang dibuka sebagai Amsterdam Arena pada tahun 1996 dan diganti namanya pada tahun 2018. Mereka sebelumnya menjalankan laga kandangnya di Stadion De Meer dan Amsterdam Olympic Stadium (untuk pertandingan internasional).

Pekan lalu khalayak luas digemparkan oleh postingan official account Instagram Ajax Amsterdam. Tim sepak bola ibu kota Belanda ini secara resmi mengumumkan mereka bekerja sama dalam merilis jersey ketiga mereka dengan musisi legendaris kenamaan asal Jamaika, Robert Nesta Marley, atau yang lebih dikenal dengan nama Bob Marley.

 

Rilis Jersey Bertemakan Bob Marley

Jauh sebelum kolaborasi ini terlaksana, rupanya musisi kondang yang juga jadi icon dari Rastafarian ini sempat mengunjungi ibu kota Belanda, Amsterdam. Kedatangan Bob Marley ini ke Amsterdam ini pada saat di Bob Marley & The Wailers tampil di Amsterdam, Belanda dalam rangkaian tour yang bertajuk Rastaman Vibration Tour pada bulan Juni 1976.

Dimana ketika sejumlah tim sepak bola merilis jersey dengan desain yang mencerminkan sejarah atau identitas kota mereka, tim asal ibu kota Belanda ini rupanya memilih nuansa berbeda. Ajax Amsterdam memperkenalkan jersey terbarunya yang terinspirasi oleh legenda musik reggae asal Jamaika, Bob Marley.

 

Dengan warna dasar hitam, jersey yang akan menjadi seragam ketiga Ajax Amsterdam musim ini tersebut hadir dengan aksen-aksen yang mencerminkan ciri khas Bob Marley dan musik reggae.

 

Seperti misalnya tiga garis khas Adidas di bagian bahu dalam warna merah, kuning, hijau. List dengan warna serupa juga ada bagian ujung lengan. Hingga detail tiga burung kecil yang bertengger di salib Andreas Amsterdam, yang ada di bagian belakang jersey, tepat di bawah kerah. Aksen berwarna merah, kuning, hijau, tiga burung kecil tersebut secara langsung merepresentasikan salah satu lagu paling populer dari Bob Marley, Three Little Birds.

 

Bukan tanpa alasan lagu Three Little Birds direpresentasikan dalam detail di jersey tersebut. Sebab, berkat lagu itulah kedekatan antara Ajax Amsterdam dan sosok Bob Marley tercipta.

Semua berawal pada Agustus 2008. Ketika juara 35 kali Liga Belanda itu memainkan pertandingan persahabatan di Wales, melawan Cardiff City FC. Suporter Ajax yang hadir langsung di stadion, saat itu diminta untuk tetap berada di tribun penonton setelah pertandingan berakhir. Untuk menyaksikan hiburan dari DJ di stadion yang memainkan beberapa lagu, salah satunya Three Little Birds.

 

Dengan lirik dan musik yang begitu ikonik, momen tersebut begitu membekas buat suporter Ajax Amsterdam yang hadir di Stadion. Hingga setelahnya, lagu Three Little Birds seakan menjadi identitas dan milik mereka.

 

Hampir di setiap pertandingan Ajax Amsterdam, lagu tersebut selalu mereka nyanyikan, sebagai sebuah simbol harapan sejati, tanpa peduli hasil dan skor dalam pertandingan yang dimainkan klub pujaannya itu.

 

Namun rupanya ada hubungan antara seni, kebebasan, dan hak hidup yang kota ini tawarkan. Mungkin hal ini juga yang menjadi salah satu tolak ukur bagaimana keluarga musisi kenamaan asal Jamaika ini menyetujui kerjasama dengan tim asal ibu kota asal Belanda. Tapi apakah ada sisi lain Amsterdam yang bertolak belakang dengan segala sesuatu yang Bob Marley gaungkan dalam setiap karyanya? Simak ulasannya!

 

Kebebasan Kota Amsterdam

Kota terbesar di Belanda yang sangat majemuk karena saat ini dihuni oleh berbagai suku bangsa dari berbagai penjuru dunia. Kota ini membuat banyak orang betah karena kebebebasan melakukan sesuatu dengan damai. Sebagai ibu kota Belanda, Amsterdam menjadi salah satu kota yang cukup ramah bagi para pendatang, meskipun ada beberapa kejadian yang melibatkan para imigran yang tinggal di ibu kota.

 

Kota yang memiliki motto Heldhaftig, Vastberaden, Barmhartig ini juga turut membantu Belanda untuk  memerangi pelanggaran HAM dan mendorong kebebasan berekspresi, kebebasan beragama dan kepercayaan, dan kebebasan internet. Diskriminasi atas dasar agama, kepercayaan, pendapat politik, ras atau jenis kelamin atau dasar lainnya tidak diperkenankan. Selain daripada itu Belanda juga memajukan hak yang sama bagi kaum perempuan.

Selain daripada menjunjung tinggi kebebasan hak hidup warga nya. Amsterdam juga menjunjung tinggi kebebasan hak hidup manusia secara menyeluruh, termasuk hak para pekerja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan juga hak hidup bagi para imigran yang mewarnai ibu kota dari Negeri Kincir Angin ini.

 

Ruang hidup warga asing di Amsterdam sangat terbuka dan penuh toleransi, ini mungkin karena Amsterdam terkenal sebagai kota yang sangat menerima kaum Sosialis, Liberal (pedagang) dan Seniman. kebebasan dalam memilih cara hidup sangat dihormati di ibu kota Belanda ini.

 

Namun kebebasan yang cukup meluas ini tidak serta merta menjadikan Amsterdam sebagai kota yang sangat toleran. Risiko dari kebebasan itu juga menuai berbagai kontroversi, misalnya terjadi pemukulan di jalanan terhadap kaum gay, pembakaran sekolah Islam pada saat terjadinya pembunuhan terhadap sineas Theo van Gogh, pertentangan antar ras semakin mencuat ke permukaan seperti gunung es.  Pembauran nyatanya sangat sulit direalisasikan, praktiknya adalah masih adanya cap orang asing sebagai warga negara yang terasingkan dan superioritas penduduk asli.

 

Bob Marley dan Amsterdam rupanya memiliki kesamaan, sepak bola, kebebasan yang penuh tanggung jawab, memerangi pelanggaran HAM, Diskriminasi atas dasar agama, kepercayaan, pendapat politik, ras atau jenis kelamin atau dasar lainnya sangat ditentang. Namun dengan segala kebebasannya, Amsterdam tidak dapat luput dari berbagai konflik yang terjadi akibat kebebasan yang sangat meluas, sifat superior masih menghantui ibu kota Belanda ini.  

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.