Menelusuri Perjalanan Smock Jacket

Menelusuri Perjalanan Smock Jacket

 

Smock jacket, jaket yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi khalayak luas. Bagaimana tidak, jaket yang sering digunakan oleh beberapa aktor atau seniman kenamaan ini menjadi salah satu jaket favorit berbagai kalangan. Sosok seperti Liam Gallagher, Ian Brown hingga George Lazenby yang berperan sebagai James Bond dalam film “On Her Majesty's Secret Service” yang rupanya menjadi salah satu inspirasi bagi khalayak luas untuk memakai smock jacket ini.

 

Namun dibalik sisi tengil Liam Gallagher yang sering terlihat mengenakan smock jacket, rupanya jaket ini memiliki nilai histori yang cukup panjang dan menarik untuk dibahas. Menjadi salah satu jaket yang mungkin merupakan inovasi outer yang paling serbaguna, dipakai di mana-mana mulai dari jalanan hingga tidak jarang juga terlihat di atas tribun stadion sepak bola.

 

Definisi dari kata ‘smock’ sendiri adalah pakaian longgar seperti kemeja yang dipakai oleh wanita pada Abad Pertengahan Eropa di bawah gaun mereka. Smock sendiri akhirnya berkembang menjadi outer atau yang longgar, diikat yang digunakan untuk melindungi pakaian yang secara tradisional dipakai oleh para pekerja yang berada di pedesaan, terutama para pengembala di beberapa bagian Inggris dan Wales sepanjang abad ke-18.

Belakangan ini istilah 'smock' dan 'anorak' cenderung disama ratakan, biasanya digunakan untuk menggambarkan jaket pullover (pakaian, terutama sweter atau jaket, dikenakan di atas kepala dan menutupi bagian atas tubuh) yang memiliki hoodie. Namun rupanya kedua jaket ini dibuat dari material yang sama sekali berbeda. Anorak, salah satu jaket yang diprakarsai oleh suku Inuit yang terbuat dari kulit karibu, serigala atau anjing laut dan sering digunakan untuk berburu dan memancing di Kutub Utara, sementara smock secara tradisional adalah jaket atau outer yang berbahan katun dan dibuat lebih longgar dan juga sering digunakan oleh para pengembala selama abad ke-18.

Kembali ke  abad 19. Pada tahun 1903, penjelajah legendaris asal Norwegia yaitu Roald Amundsen memimpin penjelajahan pertamanya yang berhasil melintasi jalur Barat Laut Kanada. Selama perjalanan yang sulit ini, Amundsen mendapatkan banyak wawasan mengenai kelangsungan hidup yang tak ternilai dari orang-orang yang berada di Lingkaran Arktik yaitu suku Netsilik Inuit (yang jelas mengetahui banyak hal tentang menjaga kehangatan di Lingkaran Arktik) sejak mengetahui banyak hal untuk bertahan hidup di cuaca ekstrem, pria asal Norwegia ini mulai menggunakan kereta luncur anjing untuk membawa peralatan besar dengan beban yang cukup berat. Selain daripada itu, ia juga mengenakan anorak yang dibuat dari kulit serigala yang longgar. Anorak yang terlalu besar ini memungkinkan Amundsen mendapatkan keleluasaan dan dapat melakukan lebih banyak gerakan jika dibandingkan dengan mantel wol tebal yang biasanya dikenakan oleh penjelajah Arktik, sementara tudung yang terpasang tidak jauh berbeda fungsinya, yaitu untuk menahan angin ketika sedang dalam perjalanan ekspedisi nya.

Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ia dapatkan selama perjalanannya, Amundsen membawa anorak ke Kutub Selatan, dan selama Heroic Age of Antarctic Exploration (penjelajahan benua Antartika yang dimulai pada akhir abad ke-19, dan berakhir setelah Perang Dunia Pertama) sepanjang awal abad ke-20. Selama ekspedisi yang dilakukan pada tahun 1911, Amundsen dan timnya mengenakan kombinasi anorak bulu dan smock gabardine yang lebih ringan dan tahan angin yang dibuat oleh Burberry. Namun rupanya Amundsen dan tim nya coba memodifikasi desain dari jaket yang mereka gunakan. Tidak hanya itu, mereka juga mengembangkan dan menyempurnakan jaket tersebut dan melakukan eksperimen dengan kain dan bentuk yang membuat mereka merasakan kenyaman dalam melakukan penjelajahannya.

Setelah teruji dalam kondisi paling ekstrem di planet ini, jaket atau outer yang digunakan selama petualangan ini menjadi salah satu inspirasi untuk sebagian besar pakaian militer dan pakaian yang digunakan di luar ruangan pada abad ke-20. Ketika terjadi Perang Dunia ke-2 pada tahun 1939, serangkaian pakaian yang digunakan pada saat itu dirancang khusus untuk jangka waktu panjang dan multi fungsi yang menyesuaikan kondisi pada saat perang.

 

German Knockensack, British Denison smock dan Canadian para smock semuanya adalah jaket yang terbuat dari bahan katun yang ringan. Jaket-jaket tersebut digunakan oleh pasukan terjun payung untuk menjaga peralatan mereka agar tidak tersangkut selama melakukan aktifitasnya, sementara US Navy deck smock adalah jaket utilitas denim pendek yang dirancang untuk bekerja di atas kapal. Selain daripada ke-empat jaket diatas, Gunner Smock memiliki desain serupa, namun terbuat dari katun putih, yang dibuat untuk kru menara senjata dan dikirim ke Eropa sebagai emergency snow camo selama ‘Battle of the Bulge’. Smock jacket yang sangat terkenal pada saat Perang Dunia ke-2 lainnya adalah jaket pullover Angkatan Darat AS tahun 1943 yang digunakan pada saat cuaca lembab atau basah. Jaket yang digunakan oleh Angkatan Darat AS pada tahun 1943 ini juga rupanya menjadi inspirasi untuk Rock Hudson dalam film Ice Station Zebra.

Setelah Perang Dunia berakhir, smock jacket  yang ringan menjadi salah satu jaket yang cukup banyak digunakan oleh khalayak luas dalam berbagai aktifitas, baik aktifitas yang ekstrem hingga aktifitas sehari-hari. Sementara Edmund Hillary mendaki Everest dengan pullover Ventile tahan air, para musisi dan seniman juga turut menggunakan jaket ini yang memberikan keleluasaan dalam setiap gerakannya. Sama seperti setiap divisi militer tampaknya memiliki versi sendiri dari bentuk smock klasik.

 

Karena sifat ultra-praktis dari smock ini, jaket ini rupanya bertentangan dengan kelebihan outer lainnya pada akhir 60-an, mereka akhirnya dilihat sebagai simbol anti-fashion yang dipakai oleh para pecintanya yang lebih peduli dengan apa yang mereka lakukan. Pada tahun 1980-an sebuah band asal Manchester yaitu The Stone Roses mulai mengenakan smock jacket yang dipadukan dengan trainers shoes dan celana baggy.

Roald Amundsen rupanya menjadi sosok yang berperan penting dalam dunia fashion, khususnya smock jacket setelah berhasil memasang bendera Norwegia di Kutub Selatan dengan jaket over-the-head yang terinspirasi oleh Netsilik Inuit, smock jacket juga rupanya masih menjadi salah satu jaket yeng tepat pada saat cuaca dingin yang dapat diandalkan.

 

Pada season ini Prung Terraceswear juga turut mengabadikan rekam jejak perjalanan Roald Amundsen dengan membuat beberapa pilihan smock jacket yang juga tetap memperhatikan kenyamanan dan fungsi nya.

 

Nico erryanda

Artikel yg menarik dan terimakasih antas info nya semoga teman2 disana selalu berkarya, kami disini selalu menunggu karya selanjutnya, salam dr pekanbaru.. long life my family

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.