George Best: Kenakalan Dan Kepiawaian Di Atas Lapangan

George Best: Kenakalan Dan Kepiawaian Di Atas Lapangan

Manchester United, klub sepak bola asal Inggris ini memang tidak pernah kehilangan pemain yang penuh dengan prestasi hingga kontroversi. Sejak awal peresmiannya, Manchester United memang salah satu tim yang memiliki skuat yang mentereng. Beberapa pemain yang berhasil bersinar dengan Si Setan Merah ini seperti Denis Law, Duncan Edwards, Teddy Sheringham, Andrei Kanchelskis hingga pemain yang penuh kontroversi,  Éric Daniel Pierre Cantona atau yang lebih sering dipanggil King Eric Cantona.

 

Newton Heath L&YR ini adalah salah satu klub yang didirikan oleh para kelas pekerja ini memang pada awalnya memiliki segudang masalah, manajemen yang buruk hingga titik masa kelam ketika dimana mereka hampir saja bangkrut akibat satu dan lain hal. Namun berkat kerja keras para kaum kelas pekerja yang memiliki semangat juang yang sangat besar membuat Manchester United menjadi salah satu klub raksasa Eropa yang mendunia hingga saat ini.

 

Dengan menjadi klub besar Eropa yang mendunia, Manchester United memang memiliki beberapa pemain yang selain menjadi pemain sepak bola, mereka juga berperan sebagai aktor kenamaan. Bagaimana tidak, kedua mantan pemain tim asal Manchester ini tidak hanya bersinar di atas lapangan hijau, namun mereka juga tampil dengan gemilang dihadapan layar kaca, David Beckham dan Cristiano Ronaldo menjadi contoh nyata bahwa mega bintang Manchester United juga memiliki kehidupan bak aktor ternama.

 

Berbicara mengenai pemain bintang yang sempat membela Manchester United, ada satu nama yang menjadi sorotan media pada tahun 60-an. George Best, pria yang lahir di Belfast, Irlandia Utara pada 22 Mei 1946 ini menjadi sosok yang melegenda bagi Si Setan Merah. Best berposisi sebagai winger dan gelandang serang. Ia juga dikenal sebagai pemain bertalenta dengan skill kelas wahid. Selama membela Manchester United, ia mempersembahkan beberapa trofi termasuk gelar Liga Champions. Berkat penampilannya yang apik dan gemilang, George Best pun dianggap sebagai pemain terbaik dalam sejarah timnas Irlandia Utara. Tidak hanya bagi Manchester United, Best juga pernah meraih trofi Ballon d’Or di tahun 1968. Best dikenal sebagai selebritis sepakbola pertama, dimana ia juga dikenal berkat kehidupannya yang urakan bak berandalan di luar lapangan, sehingga pria asal Irlandia ini tak jarang kelakuannya menimbulkan kontroversi.

 

Karir Gemilang George Best

Pada tahun 1957, pada usia 11 tahun, Best memiliki bakat akademis yang cukup gemilang sehingga ia bisa lulus pada usia 11 tahun lebih dan pergi ke Grosvenor High School, namun ia merasa tidak nyaman dengan sekokah tersebut yang mengakibatkan ia membolos karena tempat ia mengenyam pendidikan tersebut mengkhususkan untuk bermain rugby. Best kemudian pergi ke Lisnasharragh Secondary School, untuk bertemu dengan teman-teman dari sekolah dasar dan fokus untuk bermain sepakbola. Ia tumbuh sebagai fans Glentoran dan Wolverhampton Wanderers.

 

Lahir dan dibesarkan di Belfast, Irlandia Utara, Best memulai karir klubnya di Inggris dengan Manchester United yang sudah mengetahui bakatnya pada saat Best berusia 15 tahun. Bersama tim asal kota Manchester ini, ia mencapai kesuksesan dengan mencetak 179 gol dari 470 penampilan selama lebih dari 11 tahun. Gaya permainannya adalah sebuah kombinasi antara kecepatan, akselerasi, keseimbangan,  dua kaki yang sama kuatnya, tajam, dan kemampuannya yang sering kali menyulitkan barisan pertahanan lawan.

 

Pada usia 15, Best ditemukan di Belfast oleh pencari bakat Manchester United, Bob Bishop, yang mengirim telegram kepada manajer Manchester United pada saat itu, Matt Busby: “Saya pikir saya telah menemukan seorang jenius untuk anda”. Namun klub lokal yang Best sebelumnya yaitu Glentoran menolaknya karena ia dianggap “terlalu kecil dan ringan”. Namun upaya Bishop tidak berhenti sampai disitu, Best kemudian diberikan kesempatan uji coba dan kemudian dikontrak oleh Joe Armstrong, ketua pemandu bakat United.

 

Pertama kali membela Manchester United, Best tidak betah dengan apa yang ada di Manchester dan ia sangat merindukan rumahnya dan hanya dua hari setelah pindah dia kembali ke Irlandia Utara. Namun tidak lama kemudian Ia kembali ke Manchester dan menghabiskan dua tahun sebagai seorang amatir, karena klub Inggris pada saat itu tidak diperbolehkan untuk mengontrak pemain Irlandia Utara dan akirnya ia diberi pekerjaan sebagai pesuruh di Manchester Ship Canal, yang memungkinkan dia untuk berlatih bersama klub sebanyak dua kali dalam satu minggu.

 

Best melakoni debut Divisi Utama saat ia berusia 17 tahun pada 14 September 1963 melawan West Bromwich Albion di Old Trafford dengan kemenangan 1-0. Dia kemudian kembali menjadi pemain cadangan, sebelum akhirnya dia mencetak gol pertamanya untuk tim utama di penampilan kedua saat menang 5-1 melawan Burnley pada tanggal 28 Desember. Manajer Matt Busby kemudian menetapkan Best sebagai pemain utama bagi Manchester United dan pada akhir musim 1963-1964, ia telah membela United dengan 26 penampilan dan mencetak enam gol.

Pada musim tersebut, Manchester United menempati posisi kedua, empat poin di belakang Liverpool. Mereka juga mencapai semi-final Piala FA, di mana kemudian kalah dari West Ham United dan menggagalkan kesempatan bagi Best untuk memecahkan rekor pemain termuda yang berlaga di final Piala FA. Rekor tersebut masih dipegang Howard Kendall dari Preston North End yang juga memiliki tanggal ulang tahun yang sama seperti Best. Di musim yang sama, Best menjadi bagian dari Manchester United yang menjuarai FA Youth Cup 1964, gelar FA Youth Cup keenam di bawah manajemen Jimmy Murphy, dan yang pertama sejak bencana udara Munich 1958.

 

Busby menyadari bahwa lawan akan memainkan permainan kasar untuk menghentikan permainan gemilang yang dimiliki pria asal Irlandia Utara ini, sehingga Busby memberikan latihan yang kasar, yang terkadang cenderung brutal untuk mengatasi hal tersebut. Pada musim 1964-65, musim penuh pertama Best sebagai pemain reguler, ia membantu Manchester United merebut gelar liga. Kemenangan 1-0 di Elland Road terbukti menentukan United sebagai juara berkat selisih gol dengan rival terberat Manchester United pada saat itu, Leeds United, tim yang menyingkirkan Manchester United di semifinal Piala FA. Selama satu musim, Best menyumbang 14 gol dalam 59 pertandingan yang sangat kompetitif.

 

Bersama Manchester United, Best mencetak gol pembuka di pertandingan Charity Shield (sekarang Community Shield) di Old Trafford yang berakhir imbang 2-2 melawan Liverpool. Best benar-benar menjadi berita utama meskipun masih berusia 19 tahun ketika ia mencetak dua gol di perempat-final Piala Eropa melawan Benfica di Estádio da Luz pada tanggal 9 Maret 1966. Dia kemudian memiliki julukan “Belfast Boy” dan ia sering disebut sebagai Georgie atau Geordie oleh orang asli Belfast.

 

Namun United gagal memenangkan gelar utama di musim 1965-66 dan Best cedera dari 26 Maret dan seterusnya dengan lutut bengkok setelah dilanggar dengan keras oleh pemain Preston North End. Namun staf United mengklaim itu adalah cedera ligamen ringan sehingga Best tetap bermain. Namun rupanya ia tidak terlalu percaya kepada staf medis United, sehingga ia diam-diam pergi ke fisioterapis Glentoran untuk menyembuhkan ligamennya dengan prosedur yang menyakitkan.

 

Musim 1966-1967 menjadi musim sukses bagi United saat meraih gelar dengan selisih empat poin. Best mengatakan “jika kejuaraan diadakan pada laga kandang kami akan menang setiap musim. Kali ini kami membuat perbedaan di laga tandang, kami masuk ke dalam kerangka berpikir yang benar.” Dalam semusim penuh itu Best mencetak sepuluh gol dalam 45 pertandingan. Ia kemudian membantu Setan Merah berbagi gelar Charity Shield dengan Tottenham Hotspur sebagai kampiun Piala FA setelah bermain imbang 3-3. Pertandingan tersebut adalah pertandingan pertama yang disiarkan televisi berwarna di Inggris.

 

Best semakin menggila dengan Manchester United, ia mencetak dua gol melawan Liverpool dalam kemenangan 2-0 di Anfield, dan juga mencetak hat-trick saat menang 6-0 atas Newcastle United pada dua pertandingan terakhir liga musim ini. Namun kekalahan kandang dari Manchester City harus dibayar mahal karena City kemudian bisa merebut gelar liga dengan unggul dua poin atas United. Namun musim 1967-68 akan selalu dikenang oleh fans Manchester United, dimana mereka berhasil memenangkan Piala Eropa.

 

Tidak hanya di liga, Best pun menggila diberbagai kompetisi, salah satunya Piala Eropa. Setelah menyingkirkan Maltese Hibernians, United mengatasi Yugoslavian Sarajevo dengan kemenangan kandang 2-1, dimana Best mengkonversi umpan John Aston untuk mencetak gol pertama dan keduanya yang disebut Geoffrey Green dari The Times sebagai “bagian terpenting dari papan catur, pemain dengan penuh fantasi, pemain dengan memiliki sihir yang seperti yang dibayangkan”. Di perempat-final United mampu melewati hadangan klub Polandia Górnik Zabrze dengan agregat 2-1 dalam pertandingan dengan suhu yang sangat dingin di hadapan 105.000 penonton di Silesian Stadium.

Dalam pertandingan ini United kalah 1-0 (tapi di leg pertama United menang 2-0) dimana kekalahan ini disebut sebagai “salah satu laga kandang terbaik yang pernah ditunjukkan, mengingat terjadi semua keadaan yang tidak diinginkan”. Di semifinal United mampu mengalahkan raksasa asal Spanyol dengan torehan enam kali juara yaitu Real Madrid. Lagi-lagi menjadi sosok penting, ketika dimana ia mencetak satu-satunya gol di kandang dari jarak 15 meter yang disebut oleh kiper Alex Stepney sebagai salah satu gol terbaik Best.

 

Dalam pertandingan di Stadion Santiago Bernabéu, Best dijaga ketat oleh Manuel Sanchis Martínez, tapi ketika ada kesempatan baik Best langsung memberikan umpan lambung kepada Bill Foulkes yang dengan tenang membobol gawang Real Madrid untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-3. United pun lolos ke final dengan kemenangan agregat 4-3. Beberapa hari setelah kembali ke Inggris, sebagai top skor Divisi Utama (28 gol, sama dengan yang dicetak pemain Southampton Ron Davies) Best dianugerahi penghargaan FWA Footballer of the Year sekaligus menjadi pemain termuda yang menerima penghargaan tersebut.

 

Lawan United di final Piala Eropa yang digelar di stadion Wembley adalah Benfica. Saat rekan-rekannya berstirahat, Best menemukan cara baru untuk bersantai yang ia rasa dapat menambah kegilaannya dilapangan. Sebelum pertandingan penting tersebut ia tidur bersama seorang wanita muda yang dipanggil Sue. Pertandingan sendiri harus diteruskan dengan perpanjangan waktu, dan hanya tiga menit memasuki perpanjangan waktu Best berlari mengelabuhi bek lawan untuk menaklukkan kiper José Henrique yang sudah terkecoh. Dua gol lainnya dari Brian Kidd dan Bobby Charlton menetap kemenangan 4-1 United atas Benfica.


Kemenangan itu tidak hanya menjadi puncak karir Best, tapi bisa dibilang menjadi prestasi terbesar Manchester United, mengingat bencana udara Munich telah merenggut sebagian besar Busby Babes sepuluh tahun sebelumnya. Setelah itu Best juga memenangkan Ballon d’Or pada tahun 1968. Ia menerima suara lebih banyak dari Bobby Charlton, Dragan Dzajic dan Franz Beckenbauer. Ini berarti menjadi gelar ketiga bersama klub saat masih berusia 22 tahun (gelar liga, Piala Eropa, dan Pemain Terbaik Eropa).

Pada level internasional, ia otomatis menjadi pilihan utama dengan penampilan sebanyak 37 kali dan mencetak sembilan gol antara tahun 1964-1977. Meski begitu, dengan kemampuannya yang sangat hebat bersama Manchester United, Best tidak pernah bisa membawa negaranya mencicipi putaran final Piala Eropa atau Piala Dunia.

 

Kenakalan dan Kontroversi George Best

Kemasyhuran Best di dalam lapangan ternyata berdampak pada kehidupannya di luar lapangan. Dalam waktu yang cukup singkat ia bukan hanya pemain sepak bola semata, tapi juga selebritas. Ketampanan dan karisma Best membuatnya dengan mudah menjajaki kehidupan glamor yang bergelimang harta. Tercatat, Best pernah membintangi iklan komersial, bermain film, hingga membuat album musik. Respon dari hal tersebut, media Inggris kemudian melabeli Best sebagai "anggota kelima The Beatles.” “Ia orang merdeka di dalam dan di luar lapangan, pesepakbola pertama yang masuk dunia glamor,” ungkap Jimmy Armfield, pemain klub Blackpool kepada CNN.

 

Namun, Best semakin terperosok dalam dunia yang sebetulnya bukan habitat terbaiknya. Ia berubah menjadi pecandu alkohol, gemar bergunta-ganti wanita, serta menghabiskan banyak uang di arena perjudian. Selain daripada itu, ia kerap ditahan oleh pihak yang berwenang gara-gara keributan di bar-bar setempat karena mabuk berat yang juga membuat ia kerap mangkir dari latihan. Singkat kata, Best sudah tidak fokus lagi ke sepakbola. Jon Townsen dari These Footbal Times pernah berpendapat musuh utama Best bukanlah para pemain bertahan yang bersiap menghadang gerak-geriknya dan menjatuhkannya, melainkan musuh nyata dari pria asal Irlandia Utara ini adalah dirinya sendiri dalam belenggu gaya hidupnya berupa ketergantungan alkohol.

Hal ini juga berdampak pada penurunan performa Manchester United. Penurunan United berlanjut di musim 1972-73 dan Best menjadi bagian dari “para penjaga tua” yang nyaris tidak ada gantinya karena kurang adanya pemain muda berbakat. Frustrasi dengan penurunan klub, Best menghilang pada bulan Desember dan ia dengan keglamorannya malah melakukan pesta di klub malam di London. Dia di skors dan dimasukkan dalam daftar transfer dengan banderol £ 300.000. Setelah O’Farrell digantikan oleh Tommy Docherty, Best mengumumkan pensiun untuk kedua kalinya. Ia melanjutkan latihan pada tanggal 27 April.

 

Pertandingan terakhir kompetitif Best untuk klub terjadi pada 1 Januari 1974 melawan Queens Park Rangers di Loftus Road, dimana United kalah 3-0. Ia mangkir latihan selama tiga hari dan dihukum oleh Docherty, meskipun ia mengklaim bahwa Docherty telah membohonginya. Best ditangkap dan dituduh mencuri mantel bulu, paspor, dan buku cek dari Marjorie Wallace, namun kemudian ia dibersihkan dari semua tuduhan. United kemudian terdegradasi ke Divisi II pada musim 1973-1974.

 

Setelah berkali-kali berkompromi dengan kelakuan Best, klub mengambil sikap tegas. Pada 6 Desember 1972, mereka memutuskan untuk menempatkan Best dalam daftar jual. “Setelah mempertimbangkan dengan cermat, jajaran dewan dan manajer di Manchester United Football Club telah memutuskan tidak ada pilihan selain menjual George Best,” terang manajer United, Frank O’Farrell usai rapat dewan direksi di Old Trafford, markas United.

 

Best tak lagi bisa ditolerir, demikian keputusan klub. Sebagai seorang pemain, Best telah mengingkari tugas utamanya dalam sebuah klub sepakbola. Berbagai denda maupun sanksi dari klub nyatanya tidak berhasil membawa Best kembali ke track semula. “Kami harus mempertimbangkan masa depan klub serta semangat para pemain lainnya. Kami telah melakukan semua hal yang kami bisa lakukan dengan Best. Sayangnya harapan kami tidak terwujud dengan baik. Dia sudah terbukti tidak berperilaku profesional. Maka dari itu, pertimbangan lain harus diutamakan,” kata O’Farrell. Mau tidak mau, Best mesti mengakhiri karirnya di United. Best mencatatkan 470 penampilan dan mencetak 179 gol selama 11 musim membela United. Usai tak bersama United, Best masih menyempatkan dirinya bermain di banyak klub hingga memutuskan pensiun di usia yang tak ideal, 27 tahun.

 

Memiliki bakat hebat dan karisma membuat Best menjadi selebritis pertama di lapangan hijau. Namun gaya hidup mewahnya itu selanjutnya menyebabkan berbagai masalah, terutama alkohol, yang membuatnya menderita di akhir masa tuanya. Masalah-masalah ini mempengaruhi dirinya dan mematikan kariernya di lapangan hijau yang penuh kontroversi. Selama karirnya, dia sering mengatakan “Saya menghabiskan 90% dari uang saya untuk wanita, minuman dan mobil super cepat. Sisanya saya buang”.

Setelah berhenti beberapa waktu dari sepakbola dia menghabiskannya sebagai pundit, tetapi masalah keuangan dan kesehatannya membuat ia mengakhiri karirnya. Dia meninggal pada tahun 2005 di usia 59 tahun karena penyakit komplikasi akibat obat-obatan dan konsumsi alkohol. Sebelum meninggal, Best sempat melakukan transplantasi hati yang diberikan oleh NHS pada tahun 2002 yang cukup kontroversial. Best menikah dua kali dan kedua istrinya adalah mantan model, yaitu Angie Best dan Alex Best. Putranya, Calum Best, lahir pada tahun 1981 dari pernikahan pertamanya.

 

Sebelum meninggal, Best terpilih masuk dalam 16 pemain terbaik IFFHS World Player of the Century yang diadakan tahun 1999 dan merupakan salah satu dari 22 pemain yang dimasukkan ke dalam English Football Hall of Fame pada tahun 2002. Pada tahun 2004 ia juga masuk dalam 19 pemain UEFA Golden Jubilee Poll dan disebut Pele sebagai salah satu dari 125 legenda hidup di dunia. Selain daripada itu, Best pun mengatakan pada awak media “Don’t Die Like Me” yang secara langsung mengingatkan kita bahwa kehidupan seperti masa muda George Best bukanlah kehidupan yang baik.

Setelah ia meninggal dunia, pada hari di mana seharusnya menjadi ulang tahunnya yang ke-60, Belfast City Airport berganti nama menjadi George Best Belfast City Airport yang disebut “layak dan penghormatan permanen untuk permainannya yang brilian”. Menurut BBC, Best dikenang oleh para pelayat di pemakaman umum di Belfast sebagai “the beautiful boy” dengan “beautiful game”. Sebuah deskripsi yang kemudian umum disebut dalam sejarah sepakbola dengan kutipan “Maradona good, Pele better, George Best”.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.