A Short Story Camouflage Pattern

A Short Story Camouflage Pattern

Camouflage pattern atau yang biasa kita kenal dengan motif camo atau dengan kata belang, loreng dan lainnya. Rupanya motif ini bukanlah motif yang segaja dihadirkan untuk memenuhi hasrat akan berpenampilan menarik dan mencolok bagi berbagai kalangan. Memang motif ini banyak digunakan oleh kalangan militer hingga aparatur negara diberbagai belahan dunia, namun hal ini tidak menjadi tolak ukur bahwa motif yang satu ini hanya dapat digunakan dan dinikmati oleh para militer dan aparatur negara lainnya. Motif yang memiliki sejarah yang cukup panjang ini mempunyai kisah yang cukup menarik, mulai dari awal digunakannya hingga sampai detik ini masih menjadi salah satu motif yang banyak digemari oleh khalayak luas, khususnya anak muda.

 

Pola camo menjadi pola yang paradoks. Cerita dibalik motif ini mencakup penyamaran dan persembunyian hingga memanipulasi, tetapi juga dapat tetap terlihat dan membingunkan konsentrasi juga mata, menumbangkan realitas dan menjadi tanda individualitas dan menjaga kedekatannya dengan suatu kelompok. Beberapa ahli mencoba mendefisinikan bagaimana pola ini dapat diadopsi oleh khalayak luas hingga saat ini menjamur dalam dunia mode dan fashion.

 

Kamuflase Alam.

Cerita panjang kamuflase rupanya harus benar-benar dimulai dari alam dan sekitarnya. Misalnya hewan seperti laba-laba kepiting payung, bron caterpillar dan gurita hingga burung, sangat banyak jenis hewan menyembunyikan diri mereka dan terkadang kamuflase yang mereka lakukan sangat luar biasa, seperti laba-laba kepiting payung yang berkamuflse demi menghindari  kejaran pemangsa yang sekaligus memposisikan dirinya sebagai pemangsa.

 

Dua ahli zoologi asal Inggris dan seorang pelukis Amerika menjadi dalang dalam menerjemahkan kamuflase di alam menjadi teknik yang dapat digunakan manusia untuk keperluan militer. Salah satu ahli zoologi tersebut, Sir Edward Poulton, ia menulis buku pertama tentang kamuflase pada tahun 1890 (The Colours of Animals). Sebagai penganut awal Darwinisme, Poulton percaya bahwa hewan meniru (imitasi) untuk penyembunyian adalah bukti nyata dari seleksi alam.

 

Pelukis Amerika Abbott Thayer mempopulerkan dua konsep kamuflase yaitu Countershading, menjelaskan bagian bawah perut yang lebih ringan dan sangat umum pada banyak hewan, kamuflase ini dapat  menghilangkan bayangan dari matahari yang berada tepat di atas kepala, memberikan hewan itu penampilan dua dimensi yang datar. Yang kedua, warna mengganggu, sementara itu hal ini mengacu pada 'noda' yang terdapat pada tubuh hewan tersebut. Efek visual ini rupanya sangat membantu mengaburkan kontur tubuhnya.

Pelukis asal Amerika ini menderita gangguan bipolar dan panic attack, kondisi yang semakin buruk membuatnya tidak tertolong oleh kritik publik terhadap teori kontroversialnya, berkat teorinya yang sangat kontroversial, ia menjadi terkenal menjelang Perang Dunia Pertama. Thayer mempertahankan teori-teori itu dengan gigih sampai kematiannya pada tahun 1921.

 

Militer Era 1800.

Sebelum penemuan senapan modern di pertengahan 1800-an (senapan paling awal digunakan selama abad ke-15), militer di seluruh dunia mengenakan pakaian dalam nuansa warna yang cerah, misalnya pasukan Inggris dengan seragam mantel berwarna merah yang sangat mencolok.

 

Berbeda dengan para tentara yang berada dibarisan depan, para penembak jitu mulai mengenakan pakaian yang berwarna lebih gelap dan tidak mencolok, hal ini rupanya ditujukan untuk menyembunyikan diri saat memilih target. Jägers Austria (pemburu) mengenakan warna abu-abu terang, sedangkan the British 95th Rifle Regiment mengenakan warna hijau gelap.

 

Khaki militer (istilah yang berasal dari kata Urdu dan Persia untuk 'debu') muncul pada pertengahan abad ke-19, ketika tentara British Indian Army mulai mewarnai seragam putih mereka dengan teh dan kari. Khaki tidak hanya mengakhiri perjuangan tanpa harapan untuk menjaga seragam seseorang tetap putih, hal ini juga mengurangi visibilitas tentara dari kejauhan.

Meskipun demikian, pakaian militer yang lebih cerah cenderung mendominasi hingga awal abad ke-20. Mengapa militer begitu enggan mengadopsi seragam yang lebih gelap? Jawabannya terletak pada sifat peperangan yang terus berkembang, selain pertimbangan praktis seperti daya tahan dan jarak pandang, seragam yang digunakan oleh para militer ini juga memiliki fungsi psikologis untuk membuat tentara merasa siap berperang. Barisan tentara berpakaian cerah berbaris dalam formasi terdepan mereka dengan ciri utama dari perang yang menggunakan senapan digantikan oleh perang gerilya. Untuk bertarung dan menang di era baru ini, bersembunyi dengan cara penyamaran adalah keunggulan utama.

 

Perang Dunia I.

Perang dunia kesatu menjadi era baru dalam peperangan sebelumnya, cara baru yang sangat fenomenal pada sat itu adalah pengintaian musuh melalui udara. Dengan demikian, militer pertama-tama menggunakan pola dan taktik kamuflase untuk bersembunyi, bukan orang, tetapi perlindungan teritori dan peralatan yang mereka gunakan.

 

Prancis menjadi negara pertama yang mengorganisir unit kamuflase ini sekitar tahun 1914. Strategi ini awalnya terbatas dan hanya mengecat kendaraan dan persenjataan dalam pola yang mengganggu dengan cara menyatu dengan warna yang ada dilingkungan sekitarnya. Kamuflse adalah praktisi dan guru seni mereka yang sangat khas. Mereka mengajari unit militer lain cara menyamarkan peralatan mereka dengan cat, melemparkan jaring yang dijalin dengan daun palsu ke atas gudang yang berisi peralatan militer dan menghapus jejak truk dan bekas ledakan meriam.

Istilah 'kamuflase' sendiri berasal dari lelucon Prancis pada abad ke-16. Orang iseng itu membuat kejahilan yang dibuat dari kertas mengerucut yang berlubang, menyala hingga membara di salah satu ujungnya dan menempelkannya di bawah hidung orang yang sedang tertidur lelap.

 

Gayung bersambut, kamuflase kemudian mengacu pada bubuk mesiu yang mematikan dan menjebak pasukan musuh yang menerobos ke bawah tanah demi menyusup kepertahanan suatu kelompok militer, hal ini jelas menjadi trik yang lebih mematikan.

 

Perang Dunia Kedua

Seperti apa yang telah dijelaskan di atas, kamuflase pada awalnya memang benar-benar tidak berfungsi seutuhnya untuk berada dimedan perang. Namun, saat peperangan semakin gencar dan bergerak menuju Perang Dunia Kedua, ancaman baru dari serangan udara mendorong militer di kedua sisi untuk menggunakan kamuflase secara lebih luas. Semua taktik dan strategi kamuflase yang sebelumnya digunakan pada era Perang Dunia Pertama kembali muncul ke permukaan dan diperluas. Literatur militer pada masa itu dipenuhi dengan pelatihan kamuflase secara manual yang ditujukan untuk setiap prajurit, dari prajurit yang berada dimedan perang hingga para prajurit yang mengatur strategi perang.

 

Sebagian besar keberhasilan mereka berkat kamuflase, dan dua kemenangan Sekutu selama Perang Dunia Kedua berhutang besar pada penemuan baru dalam masa perang sebelumnya, El Alamein pada tahun 1942, dan D-Day pada tahun 1944. Selama pertempuran El Alamein yang kedua, Sekutu memblokir Jerman dan merebut Suez Canal dengan pikiran bogglingly dan rencana kamuflase secara mendetail yang melibatkan inflatable tanks, fake artillery blasts dan hal luar biasa lainnya seperti menyembunyikan seluruh Suez Canal dari pandangan udara. Ini adalah mahakarya kamufleur Inggris dan pesulap kondang yang sangat berjasa dalam masa perang, ia adalah Jasper Maskelyne.

Sebelum D-Day, Sekutu melakukan penumpukan pasukan palsu di Skotlandia dan Kent, yang juga menyembunyikan upaya mereka yang sebenarnya sedang mengumpulkan pasukan untuk menyerbu Normandia. Tipu muslihat berlanjut begitu mereka mendarat di Prancis dengan 'Tentara Hantu', tentara palsu yang menggantikan batalion AS yang sebenarnya bergegas ke pantai Normandia.

 

Setelah Perang Dunia, Hingga Saat Ini

Setelah semua medan perang menghentikan semua kegiatannya dan menyisakan perang dingin, keberadaan manusia disisi lainnya melakukan pemberontakan, pria dan wanita yang sama sekali tidak terlibat dan melibatkan diri dimedan perang mulai mengklaim bahwa motif camo itu sebagai bagian dari pakaian yang ada dalam lemari pakaian mereka. Tidak ada yang bisa menentukan kapan camo menjadi lebih dari sekadar taktik militer, tetapi beberapa mengaitkannya dengan para veteran dan warga lainnya sama-sama mulai menggunakan motif ini sebagai pesan ironis dari protes terhadap Perang Vietnam. Maka lahirlah budaya tandingan. Mengenakan pakaian yang memiliki motif camo menjadi cara bagi para pencari perdamaian untuk menumbangkan peperangan dengan merebut pakaian militer dan memberinya makna baru.

 

Camo telah merasuk dan merambah keseluruh perkembangan perlawanan anak muda pada saat itu, tidak mungkin tidak, camo telah menjadi bagian dari pop kultur setelah Andy Warhol membawa motif ini keranah nya sebagai seniman. Bagian perpisahan Andy Warhol sebelum kematiannya adalah seri camo, sebuah komentar tentang pola paradoks dan penyamaran, kini camo telah mengurangi intensitas dimedan perang dan mempertajam kemampuannya untuk menonjol dan juga berbaur dikalangan masyarakat luas. Band punk seperti The Clash yang juga menyesuaikan kembali apa yang mereka sampaikan dengan pakaian militer dan sudut pandang politik yang ditumpahkan melalui lirik. Dunia mode secara cepat langsung memberikan respon yang sangat baik akan hal ini, desainer seperti Jean Paul Gaultier, John Galliano, dan Yves Saint Laurent mencoba peruntungan dengan menggabungkan motif camo dalam koleksi mereka untuk menambah keunggulan dan daya tarik pemuda pada masa itu.

Cerita panjang motif ini membawa kita hingga ke hari ini, dimana camo berarti segalanya dan bukan apa-apa, dan menjadi milik semua orang, bukan segelintir pasukan. Hal ini juga menjadikan camo masuk dan keluar dari siklus dunia mode berdasarkan persepsi orang tentang segala cerita panjangnya. Mulai digunakan dan dimodifikasi sebagai fokus utama dari sebuah pakaian, seperti jaket atau celana panjang, motif ini menonjol dengan kepercayaan dirinya. Sebagai aksen, itu menambahkan sedikit intrik pada pakaian yang digunakan. Dari pola harimau hingga sentuhan bit digital, ada juga sejumlah besar cetakan motif camo untuk dipilih.

 

Camo tidak dapat dipisahkan dari gambaran luasnya alam dan segala yang ada didalamnya, secara konsisten, motif ini telah disalahartikan. Seperti arti kata kamuflase, bunglon dikaitkan dengan penyamaran untuk perlindungan. Tetapi sedikit fakta yang diketahui bahwa bunglon benar-benar mengubah warna kulitnya untuk menunjukan suasana hati atau keadaan pikiran mereka. Jadi, kesampingkan kekerasan perang yang telah terjadi dimasa lampau, akhiri itu semua dan ikuti petunjuk dari bunglon, tunjukan kebahagiaan ketika kalian menggunakan motif camo, see you!

 

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.