Perlawanan Terhadap Pelecehan Seksual Dalam Dunia Sepak Bola

Perlawanan Terhadap Pelecehan Seksual Dalam Dunia Sepak Bola
Sepak bola memang sudah lama hadir di muka bumi. Namun, permainan rakyat satu ini masih memiliki banyak masalah. Mulai dari regulasi, kasus rasisme hingga beberapa kasus pelecehan yang masih sering menimpa suporter dan para pemain yang sedang berlaga di atas lapangan hijau. Beberapa kasus pelecehan yang menimpa pemain pun mendapatkan respon yang serius dari beberapa sosok.

 

Megan Rapinoe dan Paula Dapena, pesepakbola wanita yang mempunyai sikap idealis tinggi yang berjuang demi ketidakadilan terhadap hak perempuan. Sepak bola merupakan seperti mata air yang tidak diciptakan untuk orang-orang khusus, sama seperti laki-laki dan perempuan pun memiliki hak sepenuhnya untuk menikmati sepak bola. Tetapi, seringkali mereka kerap mendapatkan perlakuan pelecehan seksual atau pun perlakuan diskriminatif lainnya.

 

Dunia sepak bola yang kental akan maskulinitas, pernah menghadirkan beberapa kasus pelecehan seksual, yang bahkan sempat menyeret seorang ketua FIFA. Meski sekarang sudah sangat berkembang, sepak bola wanita di berbagai belahan dunia, olahraga 11 vs 11 ini memang tak bisa dilepaskan dari gambaran maskulinitas seorang laki-laki.

 

Karena seperti diketahui, butuh kondisi fisik yang prima dan stamina yang luar biasa untuk menjalani pertandingan 90 menit. Hampir di tiap minggunya dalam semusim, sayangnya gambaran maskulinitas itu sering disalah artikan atau dimanfaatkan ke arah negatif oleh segelintir pihak. Segelintir orang yang aktif di dunia sepak bola, seakan merendahkan posisi seorang wanita dengan kedok maskulinitasnya untuk melakukan sebuah pelecehan seksual.

 

Kasus yang pernah menimpa mantan penjaga gawang sepak bola Amerika Serikat yaitu Hope Solo yang mengaku kepada media bahwa ia pernah mengalami pelecehan seksual oleh mantan ketua FIFA, Sepp Blatter. Kejadian tersebut dialaminya saat menghadiri penghargaan Ballon d'Or pada tahun 2013. Hope saat itu ditugaskan menjadi pembaca pemenang penghargaan pemain terbaik wanita bersama dengan Blatter. Namun, mimpi buruk rupanya menimpa Hope. Beberapa detik sebelum menaiki panggung, bagian bokong mantan penjaga gawang Amerika Serikat itu diremas oleh pria berusia 86 tahun.”Blatter meremas bokong saya sesaat sebelum saya masuk panggung. Dia melakukan pelecehan seksual tersebut seakan merupakan hal yang normal," ungkap wanita 40 tahun itu dilansir Expresso.

 

Meski dibantah oleh Blatter melalui juru bicaranya, bahwa apa yang disampaikan Hope merupakan hal yang konyol. Hope tetap bersikeras, bahkan pada Oktober 2017 lalu melalui akun Instagram-nya, Hope mengunggah sebuah pernyataan bahwa ia dan rekan-rekannya sudah sering menjadi korban pelecehan seksual dalam dunia sepak bola, baik berupa pelecehan fisik, kata-kata maupun tindakan non verbal lainnya.

 

Kasus pelecehan seksual lainnya dilakukan oleh pemain sepak bola yang memiliki nama besar. Diego Maradona, mendapatkan kesan kurang baik dari para pesepakbola wanita karena dianggap sebagai pelaku pelecehan seksual dan sering bergonta-ganti pasangan. Bahkan Maradona pernah tak mengakui sejumlah anaknya dari beberapa perempuan berbeda.

 

Korban pelecehan seksual Maradona yang berani angkat suara adalah Mavys Alvarez Rego. Perempuan asal Kuba tersebut mengungkapkan mendiang Maradona dan rombongannya melakukan kekerasan dan pelecehan, termasuk pemerkosaan dan menahannya di luar kehendaknya. Kepada pers di Buenos Aires, Rego yang sekarang tinggal di Miami, menceritakan bahwa saat dia bertemu Maradona masih berusia 16 tahun. Waktu itu bintang sepak bola dunia itu sudah berusia empat puluhan. Ia tinggal di Kuba untuk menjalani perawatan kecanduan narkoba.

 

"Saya terpesona, dia memenangkan saya. Tapi setelah dua bulan semuanya mulai berubah", tuturnya. Rego mengklaim Maradona telah mendorongnya untuk mencoba kokain dan pada gilirannya membuatnya tergantung. "Saya mencintainya tetapi saya juga membencinya, saya bahkan berpikir untuk bunuh diri," katanya.

 

Alvarez Rego, ibu dari dua anak berusia 15 dan empat tahun, mengatakan hubungannya dengan Maradona berlangsung "antara empat dan lima tahun" tetapi dia menjadi sasaran pelecehan. Bahwa selama perjalanan ke Buenos Aires dengan Maradona pada tahun 2001, dia telah ditahan selama beberapa minggu di sebuah hotel oleh rombongan Maradona, dilarang keluar sendirian, dan dipaksa melakukan operasi pembesaran payudara bahwa Maradona telah "memperkosa" dia pada satu kesempatan di rumah mereka di Havana dan menyebutkan beberapa episode kekerasan fisik lainnya.

 

Tidak berhenti sampai disitu, pada Oktober 2014 lalu, Maradona sempat di kabarkan melakukan kekerasan terhadap Rocio Olivia (pacarnya) yang merupakan atlit pesepakbola perempuan asal Argentina, video kekerasan yang di lakukan oleh bintang lapangan asal Argentina tersebut pun tersebar luas sampai menggemparkan Argentina. Olivia melaporkan hal itu ke kepolisian. Aneh nya, kasus ini menguap begitu saja tidak ada kejelasan hingga hari ini.

 

Seperti tidak memiliki kepuasan. Pada Febuari 2017 seorang jurnalis perempuan yang sedang mewawancarai Maradona di sebuah hotel di Rusia juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Ekaterina Nadolskaya, seorang jurnalis asal Rusia ini mendapatkan pelecehan seksual. Maradona melakukan pelecehan seksual dengan mencoba merobek pakaianya, saat itu Maradona yang sedang menghadiri ajang Piala Konfederasi, ajang pemanasan sebelum Piala Dunia 2018. Menurut wanita berkebangsaan Rusia tersebut, dirinya di usir dari hotel setelah kejadian itu berlangsung dan asisten Maradona  juga melemparkan uang 500 dolar kepadanya sebelum memanggil aparat hotel.

 

Salah satu yang harus bergerak melawan kondisi tidak pasti ini tentu saja harus dimulai dari para pemain. Sejauh ini mungkin punggawa timnas wanita Amerika Serikat, Megan Rapinoe menjadi salah satu pemain yang paling vokal. Sang kapten seringkali beraksi memperjuangkan hak para wanita di dalam dan di luar lapangan hijau.

 

Aksi protes yang di lakukan Megan sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Ia pertama kali melakukannyanya sebagai dukungan kepada atlet American Football Colin Kaepernick, yang tak menyanyikan lagu kebangsaan AS saat bermain bersama timnas sebagai bentuk protes terhadap kebrutalan polisi di AS.

 

Jika kebanyakan pesepakbola menempatkan tangan kanan di dada kiri sambil menyanyikan lagu kebangsaan, Megan memilih menghormati simbol-simbol negaranya dengan berlutut. Megan membuat panas pemerintah AS. Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, ia juga memilih untuk berlutut saat lagu kebangsaan AS dikumandangkan.

 

Megan memang tak ragu "memberontak" terhadap Trump yang dianggapnya rasis, seksis, dan misoginis. Menurut Megan, AS mengalami kemunduran sejak dipimpin Trump. Selama diskriminasi masih dikedepankan, Megan mengaku akan terus melawan. “Saya adalah papan protes berjalan,” kata Megan, dikutip dari yahoo sport.

 

 Megan lahir di Redding, California. Pertama memulai karir sepak bola bersama tim kampusnya, University of Portland. Pelan-pelan Megan berhasil melanjutkan kiprah di liga profesional dengan memperkuat sejumlah klub seperti Chicago Red Stars, Seattle Sounders, dan sekarang di Ol Reign. Sampai hari ini, Megan menjadi salah satu pemain sepak bola wanita terbaik AS. Sepanjang memperkuat timnas, ia sudah mencatatkan 168 penampilan dan mencetak 52 gol.

 

Pada tahun 2020, Megan kembali mengawal tuntutan yang diajukan oleh timnas wanita Amerika Serikat (USWNT) soal kesenjangan upah. Gugatan ini ditujukan sejak tahun lalu kepada Federasi Sepak bola Amerika Serikat (USSF) yang menggaji para pesepakbola wanita lebih rendah daripada pesepakbola pria. USSF berdalih dengan pembelaan kalau kinerja dan kontribusi timnas wanita di nilai kurang atau tidak lebih hebat daripada pemain pria. Alasan ini yang membuat Megan naik darah karena menganggap sebagai tindakan diskriminasi gender. Pernyataan federasi ini juga turut menuai kontroversi.

 

Dua poin dari pernyataan federasi yang dipermasalahkan USWNT dan pemain timnas yang lain. Pertama, USSF mengklaim bahwa tugas pemain timnas pria lebih bertanggung jawab daripada timnas wanita. Kedua, federasi mengatakan kalau tugas pemain timnas pria senior memiliki level yang lebih tinggi serta memerlukan kecepatan dan kekuatan yang lebih besar ketimbang timnas wanita. Perlakuan misoginis ini tidak dapat diterima oleh mereka.

 

Tak cuma para pemain, beberapa sponsor pun merilis komentar tak menyetujui apa yang dikatakan oleh USSF. Perusahaan seperti Coca-Cola, Budweiser dan Visa yang berkomitmen terhadap kesetaraan gender, keadilan dan pemberdayaan wanita di Amerika Serikat dan seluruh dunia mengaku sangat marah. Para pemain melakukan aksi balas dendam pada pertandingan versus Jepang di ajang SheBelieves pada Maret lalu. Megan Rapinoe dan kawan-kawan memakai seragam latihan terbalik pada sesi lagu kebangsaan sebagai bentuk protes.

 

Megan Rapinoe merupakan salah satu contoh pemain sepakbola wanita yang cukup vokal soal diskriminasi gender, baik menyangkut sepak bola ataupun di luar dunia sepak bola. Tapi bukan berarti hanya dia saja yang peduli terhadap isu tersebut. Setidaknya ada sosok-sosok perempuan lain yang melakukan aksi penolakan diskriminasi terhadap wanita.

 

Pemain sepak bola wanita yang cukup berani dalam menyuarakan perlawanan atas diskriminasi terhadap kaum hawa pun tidak bergenti sampai disitu. Salah satunya kejadian yang dilakukan oleh Paula Dapena. Gelandang Viajes Interrias FF ini menolak untuk memberi penghormatan terhadap mendiang Diego Maradona. Penghormatan itu dilakukan ketika pertandingan Viajes Interrias FF melawan Deportivo La Coruna minggu (29/11/2020).

Ada 22 pemain yang berbaris di lapangan untuk mengheningkan cipta, hanya gelandang berusia 25 tahun ini saja yang memilih untuk duduk dan membelakangi rekan-rekannya. Paula ogah untuk mengambil bagian dalam penghormatan hening cipta terakhir selama satu menit untuk legenda sepakbola Argentina tersebut.

 

Paula Dapena melakukannya bukan tanpa alasan. Di dalam hatinya ia bersikeras tidak mau menghormati seseorang yang pernah terlibat kasus kekerasan terhadap wanita. Pada tahun 2014 lalu, Maradona pernah melakukan kekerasan kepada kekasihnya, Rocio Oliva.

 

"Demi para korban, saya "tidak bersedia mengheningkan cipta satu menit bagi pelaku kekerasan, Saya berkata bahwa saya menolak untuk melakukan mengheningkan cipta bagi pemerkosa, pedofil dan pelaku kekerasan. Ujar Paula Dapena

 

Yang dilakukan Dapena ini tentu saja mencuri perhatian masa, ada yang pro dan tentu saja ada yang kontra. Pemain asal Spanyol ini mendapat banyak dukungan karena telah memperjuangkan harga diri perempuan. Tapi ada juga di sisi lain, banyak orang- orang yang mengkritik aksi ini. Bahkan, pemain ini sampai mendapat ancaman pembunuhan lewat akun media sosial.

 

Meski tak mau menghormati dalam sesi mengheningkan cipta, Dapena mengaku kalau ia menganggap Maradona adalah pemain sepakbola yang hebat. Namun ia memberikan nilai minus jika melihat Maradona dari kacamata kepribadiannya.

 

Bagaimanapun, perempuan punya peran dan andil besar di dunia sepakbola. Mereka memiliki hak yang sama dari soal upah maupun level permainan di lapangan hijau. Pemain perempuan bisa juara, mencetak gol, melakukan penyelamatan, berlari sejauh dan sebanyak yang pemain pria lakukan.

 

Jadi sudah waktunya yang harus di jaga dari sepakbola bukan hanya rasisme saja, melainkan diskriminasi gender yang sama gawatnya selalu menjadi masalah dimana pun kasus kekerasan seksual ada penanganan kasus yang selalu berbelit-belit janji penangannya pun sering hanya berhenti sebatas janji semata laporan tentang pelecehan seksual sering kali diangap hal sepele seperti tak lebih dari sekedar burung

 

 

 

 

 

Penulis: Ikhsan Setiawan

 

 

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.