Mendambakan Sepak Bola Tanpa Ujaran Kebencian

Mendambakan Sepak Bola Tanpa Ujaran Kebencian

Bukan sepak bola namanya kalau gak ada dampak positif dan negatif. Tapi gak cuma di sepak bola sih, dalam segala aspek kehidupan juga pasti ada sisi positif dan negatif. Tapi ya namanya juga permainan yang berbau kompetisi, pasti ada hal-hal yang seru buat dibahas haha.

 

Sebenernya, tulisan ini lebih ke perspektif saya sendiri yang ngerasa kalau diri saya sendiri lagi nonton sepak bola suka ngeluarin kata-kata yang gak pantes buat diucapin. Dan yang lebih mengerikannya lagi, ucapan yang gak pantes diomongin itu jadi pemantik buat orang-orang yang ada disekitar buat ngelakuin hal yang sama.

 

Mungkin ejek mengejek atau mengolok-olok jadi suatu hal yang wajar dalam dunia suporter. Namun patut digaris bawahi, kalau ejekan atau olokan yang terlalu frontal atau terlalu sadis bisa jadi bumerang dan senjata makan tuan buat saya.

 

Olok-olok ini emang gak cuma bisa terjadi di atas tribun stadion sepak bola, tindakan kurang terpuji ini kadang muncul dilingkungan sekitar, contohnya kaya di sekolah, tempat kerja sampai kadang tongkrongan. Pun di stadion sepak bola, susah banget kayanya buat ngehindarin hal-hal kaya gini, sesulit memendam rasa cinta pada klub yang saya banggakan, anjaaaaay. Tapi ya balik lagi, mungkin kita semua butuh batasan tertentu untuk berperilaku di atas tribun stadion sepak bola hingga di kehidupan sehari-hari.

 

Bisa jadi selama ini kita sebagai suporter emang gak sengaja ngelakuin hal tersebut, semuanya balik lagi karena vibes di atas tribun emang panas ya. Misalnya kaya neriakin lawan yang gagal menyelesaikan peluang yang 99,9% jadi gol, dan ya emang gak ada larangan buat gak ngelakuin hal itu juga kan. Namun, di sisi lain, ejekan dan teriakan yang dilontarkan pun terkadang melewati batasan tertentu. Di sinilah kemudian batasan sorak-sorai suporter tersebut mulai terlihat dan terasa oleh diri saya sendiri, oleh karena itu muncul pertanyaan dalam diri saya, apakah mungkin ada pertandingan sepak bola yang bebas dari ujaran kebencian? Dan itu menjadi satu dari sekian banyak hal yang amat sangat saya dambakan.

 

Ujaran Kebencian

Secara singkat, ujaran kebencian (hate speech) adalah sebuah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain. Ujaran kebencian biasanya menyangkut aspek ras, warna kulit, gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama dan lain-lain.

 

Sedangkan dalam arti hukum Ujaran Kebencian adalah perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut.

 

Ujaran kebencian dapat berupa penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi, menghasut, menyebarkan berita bohong. Pidana terhadap ujaran kebencian dilakukan karena tindakan itu bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan atau konflik sosial.

 

Ujaran Kebencian Dalam Dunia Sepak bola

Sepak bola dengan segala elemen yang ada di dalamnya emang gak bakalan bisa dipisahin dari semua atmosfer atau suasana yang hadir dalam suatu perhelatan. Pemain yang bertanding di atas lapangan hijau, manajemen yang menyaksikan langsung hingga suporter yang berada di atas tribun pun akan larut dalam pertunjukan di atas lapangan.

 

Atmosfer yang tercipta dalam suatu pertandingan tak jarang membuat para suporter semakin liar dalam memberikan dukungan pada klub yang mereka banggakan. Berbagai tindak-tanduk yang dilakukan oleh para suporter pun sangat amat beragam, mulai dari yang berteriak sampai kehabisan suara hingga tangisan sedih atau bahagia pun tak jarang dapat kita jumpai dalam suatu pertandingan.

Hal ini jelas di akibatkan oleh daya magis sepak bola yang dirasa dapat memengaruhi siapapun yang hadir dan menyaksikan sebuah pertandingan. Penulis sepak bola Brian Phillips mengatakan salah satu alasan seseorang mengikuti pertandingan olahraga adalah karena mampu mensimulasikan pengalaman konflik. Kebanggaan, marah, hingga putus asa bisa terjadi saat kita menonton sebuah pertandingan. Sesuatu yang terkadang tidak ada di kehidupan nyata kita sebenarnya.

 

Seorang suporter juga dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggaan yang sama ketika klub yang  di banggakan meraih kemenangan meskipun sedang diterpa berbagai masalah di kehidupannya. Mendukung sebuah klub juga dapat menjadikan seorang suporter haus akan kemenangan. Bahkan, tanpa disadari terkadang kita dapat melakukan apa saja demi membantu klub kesayangan meraih kemenangan agar klub yang kita banggakan lebih unggul dari klub lainnya.

 

Berbicara dukungan suporter yang diberikan kepada klub yang mereka cintai pasti akan sangat beragam. Namun, yang menjadi sorotan kali ini adalah bagaimana seseorang atau sekelompok suporter yang mengutarakan ujaran kebencian kepada kelompok suporter lain atau pada klub lawan yang sedang bertanding melawan klub yang mereka dukung.

 

Bukan tanpa alasan seorang atau sekelompok suporter ini mengumpat pemain lawan dengan kata atau kalimat yang berbau ujaran kebencian. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan hal tersebut karena pemain lawan dapat memberikan kontribusi yang cukup baik bahkan sangat baik bagi klubnya. Namun, tidak sedikit juga para suporter mengumpat pemain lawan guna menjatuhkan mental dari pemain tersebut. Namun, apakah hal tersebut dapat dibenarkan? Jelas tidak.

Rupanya tidak perlu berbicara tentang hukum yang ada di negara ini jika kita berbicara tentang ujaran kebencian atau hate speech. Kalau ngomongin hukum udah jelas ada, tapi yang lebih manusiawi aja, gimana kalau pemain lawan atau suporter yang di umpat kena mental nya? Bukan cuma mental ketika di atas lapangan, tapi mental jangka panjang yang mereka dapet, ngeri kan? Belum lagi kalau umpatan tersebut mengandung unsur ejekan atau hinaan ke lingkungan terdekat mereka kaya agama, budaya atau keluarga, rrrrrrrrrrrrrrrr,

 

Kegiatan saling ejek di antara pendukung sepak bola tidak jarang juga menjadi pemantik terjadinya sebuah pertikaian, bahkan yang lebih mengerikan lagi dapat berakhir dengan kerusuhan. Atas alasan apapun, kerusuhan atau kekerasan dalam dunia sepak bola tetap tak bisa dibenarkan apalagi sampai jatuh korban.

 

Karena melibatkan emosi, hal-hal seperti ini memang kerap bersinggungan dengan kegiatan saling mengejek antar suporter. Juga rawan dijadikan alat pemicu sebuah konflik, tujuan mendukung klub kesayangan yang awalnya menjadi bagian menyenangkan dalam mendukung klub sepak bola menjadi berubah fungsi menjadi sebuah ajang untuk adu kekuatan yang berakhir dengan kekerasan.

Meskipun olahraga satu ini sangat amat kental akan unsur kompetitif, sepak bola sendiri tidak selamanya mendukung adanya permusuhan meski dilakukan dengan batas-batas tertentu. Seorang atau sekelompok suporter bisa jadi tertawa ketika terjadi sebuah kejadian di atas lapangan. Namun mereka tentu tak bisa tertawa bahkan akan memberi hormat ketika melihat pemain lawan melakukan sesuatu yang cukup terhormat ketika menghormati mereka.

 

Kita tidak perlu tahu atau mengungkit suporter atau pemain lawan berasal dari mana, beragama apa, bahkan siapa atau profesi orang tua mereka. Jika sampai terjadi kita patut bertanya tujuan hadir dalam sebuah pertandingan sepak bola, atas alasan mendukung klub yang kita banggakan atau memang ada masalah pribadi hahaha. Mendukung klub kebanggaan juga sebenarnya tidak bisa dilakukan dengan asal benci semua kesebelasan, karena biasanya ini membuat sebuah pertandingan sebak bola menjadi "serem".

 

Suporter yang melontarkan hate speech ini, termasuk saya, biasanya berdalih jika ujaran kebencian yang di lakukan adalah hal yang wajar karena berlindung di balik payung freedom of speech. Bisa kita ambil contoh, jika kita berkunjung pada suatu pertandingan sepak bola, khususnya pertandingan yang memiliki tensi yang tinggi, banyak sekali kita temui kata-kata yang tidak pantas dan tidak seharusnya untuk diucapkan ada di sana. Terlebih jika disekitar kita ada anak kecil yang pasti suatu waktu atau pada saat itu akan meniru apa yang kita lakukan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa terdapat kesalahpahaman dalam menggunakan hak freedom of speech dalam sebuah pertandingan sepak bola.

 

Konsep antara hate speech dan freedom of speech ini dijelaskan oleh Bojarska (2018). Ia menjelaskan jika hate speech adalah ekspresi dari kebencian terhadap individu atau kelompok sosial berdasarkan keanggotaan dalam kelompok tertentu, misal ras, etnis, kebangsaan, agama, kecacatan, jenis kelamin atau orientasi seksual mereka. Sedangkan freedom of speech adalah hak moral atas kebebasan mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan orang lain.

 

Dari sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa bahwa hate speech bukan bagian dari freedom of speech, dikarenakan konsep keduanya yang berbeda. Bila hate speech lebih ditunjukkan untuk menjatuhkan orang lain dengan melontarkan ujaran kebencian, sedangkan freedom of speech lebih ditunjukkan untuk mengemukakan pendapat yang membangun dengan bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan.

Karena ujaran kebencian terhadap golongan tertentu beratas namakan “dukungan” semakin menjamur, bahkan mereka juga hadir mewarnai dunia lain seperti misalnya di media sosial yang semakin lama semakin sering kita lihat cekcok antar kedua suporter. Bukan tidak mungkin di kemudian hari ujaran kebencian akan terus menjamur dan membuat pemilik kepentingan semakin girang dan akan terus memanfaatkan sepak bola untuk menimbulkan korban jiwa.

 

Sepak bola adalah sebuah permainan yang memang memiliki sifat kompetitif, namun dibalik itu semua, bukannya sepak bola adalah sebuah hiburan? Banyak dari kita yang selalu berbicara bahwa sepak bola adalah hiburan, namun rupanya kita lupa bahwa hiburan ini berhak dimiliki dan dinikmati oleh semua kalangan, “Football for all, for you and me.”

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.