Resistensi Budaya F.C. United Of Manchester

Resistensi Budaya F.C. United Of Manchester

Budaya dalam sepak bola memang bukanlah suatu hal yang tabu. Intrik dan polemik yang selalu hinggap dan bersemayam dalam olah raga yang satu ini sangat menarik untuk dibahas secara mendalam. Pada kesempatan kali ini kami akan mencoba sedikit membahas tentang bagaimana polemik yang terjadi pada tubuh tim sepak bola asal kota Manchester yaitu F.C. United Of Manchester yang terbentuk dari barisan suporter sakit hati dari tim sepak bola raksasa asal Manchester yaitu Manchester United.

 

Ketika kita hendak mengulas tentang F.C. United Of Manchester, kita tidak akan bisa lepas dari sejarah Manchester United. Tim asal kota Manchester yang memiliki segudang sejarah dan prestasi ini memang memiliki banyak penggemar fanatic yang memuja sejarah dan prestasi gemilang dari tim yang juga disebut dengan si setan merah ini. Tim yang mengoleksi 20 piala Premier League & Old first Division, 3 piala Champion League & European Cup, 12 FA Cup, 5 League Cup, 1 European Cup, 1 Cup Winners Cup dan 1 Club World Cup. Tim ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata, hasil torehan yang terukir dalam sejarah dunia persepak bolaan telah menjadikan tim ini menjadi salah satu tim terbaik di dunia.

 

 

Tim yang didirikan pada tahun 1878 ini pada awal kemunculan nya memiliki nama Newton Heath L&YR F.C. ini telah mewarnai dunia sepak bola lebih dari 140 tahun. Newton Heath L&YR memulai debutnya di English First Division yang pada saat itu menjadi kasta liga tertinggi di Inggris pada musim 1892-1893. Pada tahun 1902, Newton Heath L&YR F.C. F.C. berevolusi menjadi Manchester United F.C. yang hingga saat ini mengoleksi 20 gelar hingga saat ini, gelar pertama yang mereka raih pada tahun 1908 dan tahun  1910, mereka memilih Old Trafford sebagai markas mereka hingga saat ini.

 

 

Semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menghempas, peribahasa yang mungkin sangat relate dengan Manchester United pada bulan September tahun 2005 ketika dimana Manchester United F.C. mengumumkan peresmian kepemilikan si setan merah yang di akuisisi oleh investor asal negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Malcolm Irving Glazer, pria yang lahir pada tahun 1928 berkebangsaan Amerika ini berhasil mengakuisisi kepemilikan tim asal kota Manchester pada tahun 2005. Sebagai pengusaha ulung yang hanya mementingkan keuntungan dan pendapatan bagi dirinya sendiri, Malcolm Glazer mendapatkan protes keras dari banyak suporter Manchester United yang memiliki pemikiran bahwa Malcolm Glazer hanya akan mencari keuntungan dalam tubuh si setan merah yang dimana tim tersebut dijaga tradisi dan kebudayaan nya secara komunal oleh tim itu dan suporternya sendiri.

 

Tanpa tedeng aling-aling, suporter Manchester United menguak segala kebusukan pengusaha asal negeri Paman Sam ini. Mereka berhasil menguak fakta bahwa Malcolm Glazer membeli Manchester United dengan uang yang ia pinjam dan hal itu adalah suatu ancaman bagi Manchester United. Keresahan ini terus bergumam dalam pikiran suporter Manchester United yang menjaga budaya dan tradisi mereka sebagai Mancunian. Mereka tidak mau tim yang mereka cintai harus terlilit hutang yang sangat besar demi keberlangsungan usaha pria asal Amerika ini.

 

Tindakan yang mereka ambil adalah dengan protes, baik diluar lapangan maupun didalam lapangan sendiri, bentangan kain yang bertuliskan kekecewaan akan keputusan managemen tim dengan menjual Manchester United sering terlihat di area sekitaran Old Trafford. Tidak hanya itu, bentuk kekecewaan yang mereka utarakan juga meliputi kembalinya warna hijau dan kuning didalam Old Trafford, bentangan scarf berwarna hijau kuning ini diartikan sebagai bentuk perlawanan yang mewarisi warna tradisi dari pendahulu Manchester United yaitu Newton Heath L&YR F.C.

 

 

Bentuk protes atas kekecewaan ini tidak mendapatkan respon baik dari manajemen dan jajaran tim lainnya. Hal ini membuat amarah dari fans Manchester United semakin meradan dan menjadi Rahim bagi kelahiran F.C. United Of Manchester, tim yang dibentuk atas dasar kekecewaan mereka bagi Manchester United dan Modern Football yang selalu mengutamakan keuntungan dibanding dengan menjaga warisan budaya dan tradisi dari tim tersebut.

 

Kemunculan F.C. Manchester Of United

Klub yang didirikan sebagai protes pengambilalihan Manchester United oleh Malcolm Glazer adalah pernyataan yang sering digunakan untuk menggambarkan FC United Of Manchester. Tetapi sementara tidak ada keraguan bahwa FC United Of Manchester tidak akan terjadi tanpa invasi oleh penguasa asal Amerika tersebut, itu adalah katalisator, jerami terakhir, tetapi bukan satu-satunya alasan.

 

Pencurian materi dari sebuah institusi Manchester, yang secara paksa diambil dari orang-orang Manchester, adalah puncak dari piramida kehancuran, dengan perubahan waktu kick off untuk kepentingan televisi, stadion all-seater tanpa jiwa yang penuh dengan pendukung 'baru' yang berniat untuk duduk. kembali dan menonton dengan dalih mengambil bagian dalam kesempatan itu, pengurusan tangan yang berat hati dan tiket dengan harga yang konyol menopang semuanya.

 

Pada Mei 2005 beberapa pendukung Manchester United sudah merasa cukup. Kegagalan untuk mencegah Malcolm Glazer dan mengulangi keberhasilan pengusiran Rupert Murdoch pada tahun 1998 membangkitkan kembali ide 'pilihan terakhir' dari kampanye sebelumnya dan roda FC United Of Manchester digulirkan. Sekelompok individu bertekad untuk melanjutkan pertarungan membentuk komite dan FC United of Manchester dikirim.

 

Ide dari para kritikus berpendapat bahwa jika pendukung tidak puas dengan Premiership lalu mengapa mereka tidak pergi dan mendukung klub lokal lain yang kekurangan uang daripada mendirikan sendiri? Tapi itu tidak akan menjadi milik mereka, bukan? Itu tidak akan menjadi United dan tidak akan tepat untuk mengambil alih klub lain setelah mereka sendiri diambil alih. Mereka juga tidak bisa hanyut ke berbagai arah dan tersesat satu sama lain dan mungkin selamanya. Mereka ingin menjaga momentum protes, tetap bersatu, menyanyikan lagu-lagu United, mengenang dan mengembalikan bagian-bagian indah dari masa lalu yang sangat indah. Mereka menginginkan Our Team, Our Rules, dan mereka mendapatkan hal itu, organisasi nirlaba demokratis yang dimiliki anggota yang dibuat oleh penggemar Manchester United. Sebuah klub yang dapat diakses oleh semua komunitas Greater Manchester, yang didedikasikan untuk mendorong partisipasi kaum muda baik itu bermain atau mendukung dan untuk menyediakan sepak bola yang terjangkau bagi semua.

 

 

Modern Football memang menjadi momok yang selalu menghantui para penggemar sepak bola yang menyenangi atmosfir dan suasana didalam stadion yang tanpa embel-embel bisnis dan aturan ngaco lainnya. Di saat klub sepak bola berlomba-lomba dalam mencari investor sebanyak-banyaknya melalui publisitas (termasuk penyiaran), F.C. United Of Manhester memiliki sikap tersendiri dengan terkesan bodo amat terhadap permasalahan ini. Mereka mempercayai sikap suporter untuk datang dan mendukung tim ke stadion dibandingkan mementingkan persoalan publikasi. Hal ini mereka lakukan untuk memberikan penegasan kepada dunia bahwa klub bisa hidup tanpa segala publikasi. mereka hanya butuh fans yang percaya terhadapnya. Hal ini tentu unik di mana klub tentu ingin terkenal dan mendapatkan uang pada era modern ini. Hal ini tak terlepas dari bagaimana upaya F.C. United Of Manchester menjaga si pemilik saham agar tetap bahagia.

 

Punk Football dan Punk Finance sebagai solusi.

“Kami menyebutnya punk finance;” ujar Andy Walsh saat menjawab pertanyaan tentang cara apa yang dilakukan oleh manajemen F.C. United Of Manchester dalam menghidupi klubnya.

 

Mendengar kata “punk” sebagian orang pasti mengidentikan dengan sekelompok pemuda yang urakan dan tidak mengenal norma. Hal pertama yang terbesit setiap kali mendengar istilah “punk” adalah pakaian cumpang-camping dan musik yang tidak umum ditelinga orang umum, yang dimainkan oleh band macam Chaos UK, The Exploited, Total Chaos. Tetapi rupanya kita harus lebih bijak dalam menilai suatu komunitas, coba telaah dan mencari apa arti dari apa yang mereka suarakan, keadilan sosial, lingkup kehidupan dan suara hati yang mereka utarakan tak melulu tentang keresahan dan ketakutan akan kehidupan yang semakin membingungkan, semangat hidup dan perlawanan menjadi arus utama dalam komunitas ini.

 

Namun menurut Andy Walsh, definisi punk tidak pernah sesempit dan sekonyol itu. Baginya, seruan anti kemapanan yang identik dengan punk mencuat di Inggris pada tahun 1970-an, pada dasarnya merupakan wujud dari upaya mereka dalam memperjuangkan hak-hak kaum yang termajinalkan. Walaupun orang-orang ini termajinalkan, dianggap sebelah mata oleh sebagian besar orang, bukan berarti mereka tak bisa berbuat apa-apa, setidaknya untuk diri sendiri. Mereka hidup dengan usaha sendiri, tanpa bergantung kepada kaum elit dan orang-orang berduit yang dikenal dengan istilah kaum kapitalis.

 

Lantas, hal ini pulalah yang diyakini oleh F.C. United Of Manchester sebagai klub sepakbola, sebagai perusahaan yang menggeluti dunia sepakbola.

 

Walsh menyadari bahwa salah satu konsekuensi yang harus mereka pikul setelah melepaskan diri dari Glazer adalah kekuatan finansial untuk menghidupi diri mereka sendiri. Mereka boleh menolak Glazer, tapi sebagai klub sepakbola, mereka juga harus berlaku profesional. Orang-orang yang bekerja sebagai pesepakbola, pelatif, staf, kitman bahkan direksi juga butuh hidup. Mereka harus digaji supaya bisa bertahan hidup. Menelantarkan mereka atas nama penolakan industrialisasi sepakbola sama saja dengan mempersulit hidup bahkan memperbudak mereka. Makanya, sekuat apapun mereka menolak kepemilikan modal Glazer, mereka harus mencari cara agar para pemain dan staf tetap bisa hidup dengan layak.

 

 

Chant dan Simbol Perlawanan.

Untuk memahami hal ini dalam konteks F.C. United Of Manchester, bagaimanapun, juga berarti memahami proyek politik individu dan kolektif yang diwakili oleh klub dan sifat politik-simbolis dari klub. komunitas pendukung dan identitas di klub.untuk mengenali agen individu pelaku, terutama mereka yang mengambil keputusan sepenuhnya memboikot Manchester United dan secara aktif menciptakan dan mempromosikan formasi komunitas dan interpretasi mereka yang berbeda terhadapnya. Bahkan sejauh mana F.C. United Of Manchester yang mewakili komunitas di wilayah Greater Manchester, adalah sesuatu yang secara aktif dipromosikan dan dilakukan yang diperkuat dengan ritual dan simbol pada saat match day.

 

Glazer wherever you may be

You bought Old Trafford but you can’t buy me

I sang ‘Not For Sale’ and I meant just that

You can’t buy me you greedy twat

This is how it feels to be FC

This is how it feels to come home

This is how it feels when you don’t sell your ass to a gnome

 

Dalam lagu-lagu FC United juga merujuk pada hutang Glazer, hutang jangka panjang, oposisi terhadap pergeseran ke revolusi komersial di bawah mantan Kepala Eksekutif Martin Edwards di United dan tahun ke '127' dari awal kelahiran Manchester United pada tahun 1878 hingga 2005

 

Go on home Malcolm Glazer, go on home

Have you got no fucking home of your own

For 127 years, we fought you and your peers

And we’ll fight you for 127 more.

If you stay Malcolm Glazer you will see

You will never defeat the MEC

You can take your fucking debt

And your Edwards Cheshire set

And go on home Malcolm Glazer go on home

 

Ada juga reaksi terhadap efek televisi pada sepak bola terutama saat pertandingan yang pindah dari hari Sabtu jam 3 sore dan penolakan terhadap bentuk-bentuk kontemporer konsumsi. Namun, di tempat lain, perpecahan dalam komunitas penggemar juga terungkap. Ini Lagu terakhir juga mengungkapkan keinginan di antara banyak pendukung F.C. United Of Machester untuk mempertahankan rasa kesatuan dengan mereka yang masih menonton Manchester United “'Two Uniteds but one soul”. Jadi, khususnya melalui lagu-lagu para penggemar, mungkin ekspresi kolektif dari politik budaya terkuat, komunitas simbolis dan radikal.

 

When FC United go out to play,

It’s 3 o’clock on a Saturday,

We don’t work for Sky Sports anymore

Won’t pay for Glazer

Or work for Sky

Still sing ‘City’s gonna die’

Two United’s but the soul is one

As the Busby Babes carry on.

 

FC United of Manchester sekarang memiliki stadion sendiri, berkat investasi 6 juta pound dari berbagai pendukung, badan amal, dan dukungan Pemerintah. Broadhurst Park, stadion dengan 4.000 tempat duduk dibuka untuk umum mulai tahun 2015 yang mencatat salah satu penonton tertinggi di sepak bola non-liga dengan rata-rata penonton 3.300 per pertandingan.

 

F.C. United Of Manchester juga telah mendapatkan tiga promosi berturut-turut dalam tiga tahun sejak 2005 dan saat ini bermain di National League North. Ini pasti perjalanan yang panjang untuk klub yang diprakrsai oleh para penentang Glazer, tetapi itu akan tetap menjadi salah satu contoh terbaik dari penggemar yang menyadari hasrat atas uang dan kejahatan dalam modern football.

 

 

 

Penulis: Rifqi Maulana

 

Alghifari Khairuna

Min bahas tentang kebencian ultras milan ke paolo maldini dong …

Alghifari Khairuna

Min bahas tentang kebencian ultras milan ke paolo maldini dong …

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.